DOA bukan sekadar sebuah aktivitas. Doa adalah relasi kasih kita dengan Tuhan. Seperti halnya relasi cinta dengan seseorang, kita perlu memberikan waktu yang berkualitas dan energi secara terus-menerus untuk membuat relasi itu tumbuh.
Demikian juga relasi dengan Tuhan. Kita menyerahkan seluruh cinta dan kerinduan kepada Allah melalui doa. Tidak ada keakraban instan dengan Tuhan. Salah satu tanda pasti kekurangakraban kita dengan Tuhan adalah kalau kita berdoa hanya pada saat kita butuh.
Berdoa bisa dengan kata-kata atau tanpa kata-kata. Berdoa dengan kata-kata sering disebut doa vokal. Sedangkan doa tanpa kata-kata sering disebut doa batin.
Berdoa dengan kata-kata, misalnya saat kita sendiri atau bersama-sama mengucapkan doa Bapa Kami, Salam Maria, rosario, menyanyi, dan sebagainya. Doa batin adalah aktivitas doa dalam pikiran dan hati kita.
Sebagai aktivitas di dalam pikiran dan hati, doa batin bisa saja hening tanpa kata apa pun. Bisa juga dengan kata-kata yang diungkapkan di dalam batin.
Menurut V. Perniola SJ, ada tiga jenis doa batin menurut waktu melakukannya.
Pertama, doa batin dalam jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan (misalnya, 15 atau 30 atau 60 menit).
Kedua, doa batin yang dibuat secara spontan saat ada peristiwa tertentu di mana kita merasakan kehadiran atau cinta Tuhan. Misalnya, saat mendengar kabar baik, kita langsung mengucapkan syukur di dalam hati.
Ketiga, saat rekoleksi atau retret, doa batin sepanjang hari sering dilakukan.
Menurut cara melakukannya, ada beberapa cara doa batin, seperti meditasi, kontemplasi, menyadari kehadiran Tuhan, dengan gerakan tertentu, dan sebagainya. Dalam program Latihan Doa Batin (LDB), diberikan beberapa cara doa batin, yakni meditasi dan kontemplasi.
Latihan Doa Batin (LDB) adalah salah satu program Sie KKS Paroki Bojong Indah, yang dijadwalkan berlangsung dari Januari – Maret 2018 (kelas malam, satu kali seminggu dan Jan – Feb 2018 (kelas pagi, dua kali seminggu); masing-masing selama 12 kali pertemuan dengan durasi selama 60 menit. Jumlah peserta 275 orang, berasal dari berbagai paroki.
Pengajaran diberikan oleh Romo Yustinus Rumanto SJ dari Paroki Blok B. Sebagai buku panduan, digunakan buku “Bertumbuh dalam Cinta” karangan Romo Rumanto.
Pada pertemuan pertama,dijelaskan cara berdoa LDB, pedoman pembedaan roh untuk dapat lebih jauh membedakan roh-roh, dan memahami gerak batin yang timbul dalam jiwa saat berdoa; yang baik diterima, yang buruk dibuang.
Examen – pemeriksaan hati, cara melakukan pemeriksaan hati untuk peristiwa hidup sepanjang hari, terdiri dari lima pokok urutan, yakni bersyukur atas hidup hari ini, mohon terang untuk memeriksa diri, memeriksa dengan teliti perjalanan hidup pada hari ini, fokus pada perasaan, menanggapi hasil pemeriksaan yakni bersyukur atau menyesal; berniat untuk hidup lebih baik. Disarankan peserta melakukan examen minimal satu kali dalam sehari, bila memungkinkan dua kali dalam sehari.
Pasca memberikan penjelasan, Romo Rumanto mengajak peserta praktik examen selama 15 menit diiringi musik instrumen yang telah disiapkan.
Dalam latihan ini, peserta diajak masuk ke dalam keheningan, gerakan tubuh dengan sikap rileks (duduk), mata dipejamkan. Peserta diajak menyadari perasaan apa yang dialaminya; menyadari perasaan entah sedih, gembira atau cemas atau marah dan sebagainya. Menyadari tubuh mulai dari kepala, rambut, mata, telinga, kain yang menempel di badan, pernapasan, udara yang keluar – masuk melalui lubang hidung. Bayangkan udara yang dihirup, penuh kekuasaan dan kehadiran Allah dan pribadi Allah sendiri.
Peserta diajak menyadari bahwa kita menghirup kekuasaan Allah dan kehadiran Tuhan setiap kali bernapas.
Dalam setiap pertemuan, latihan examen 15 menit dilakukan pada awal dan ditutup dengan doa Bapa Kami. Penjelasan pengantar doa sesuai tema dan cara-caranya. Dasar bahan doa dari bacaan Injil, dengan penayangan visual film singkat sesuai bacaan Injil untuk memudahkan peserta masuk dan membayangkan alur cerita serta tokoh-tokoh dalam peristiwa Injil. Latihan doa ini dilakukan selama 30 menit.
Pertemuan selanjutnya, dari lima orang, lima peristiwa, peserta diajak menyadari dan merasakan bahwa “Aku sungguh dicintai anggota keluargaku, kerabatku, sahabatku, dan siapa saja yang hadir dan muncul dalam latihan doaku, bisa yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Mereka hadir dalam peristiwa hidup yang menyentuh hidupku dan hatiku, membantuku untuk berkembang dan membentuk kepribadianku. Aku berterima kasih kepada Bapa atas mereka masing-masing.”
Setelah menyadari dan merasakan bahwa dirinya dicintai, peserta diajak menyadari dan merasakan bahwa dirinya mencintai anggota keluarga, kerabat, sahabat, dan siapa saja yang hadir dan muncul dalam latihan doa, bisa yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Mereka hadir dalam peristiwa hidupnya, ketika dirinya benar-benar berbuat baik kepada mereka.
Bila dalam latihan doa muncul kembali peristiwa kegembiraan (konsolasi), maka boleh mengulang kembali doa tersebut agar bisa menggali lebih dalam, merasakan dan mengalami sekali lagi kegembiraan pada waktu itu. Kegembiraan karena boleh memberi diri sendiri kepada orang lain. Yang menjadi kegembiraan bagi orang itu dan membagikan kegembiraan dari Tuhan sendiri.
Latihan doa ini akan membawa kedamaian, kegembiraan, dan kekuatan serta akan membuat peserta berani dan rela untuk melakukan hal-hal yang lebih besar tanpa pamrih.
Setelah peserta menelusuri cinta sesama dan cinta Bapa, merasakan kenyamanan akan kasih (konsolasi), meneliti hidup, dan menemukan bahwa begitu banyak orang yang dengan tulus terus mencintai dirinya. Bahkan peserta heran menemukan bahwa dirinya layak dicintai, ada banyak kebaikan dan keindahan dalam setiap orang, merenungkan dan menyadari bahwa kita sendiripun telah melimpahkan kasih kepada orang lain, memperhatikan, membantu, dan membahagiakan orang lain. Hal ini makin memberikan keyakinan bahwa dalam hidup ini, dalam kondisi apa pun, ada banyak kegembiraan, kebahagiaan, dan kedamaian serta cinta.
Selanjutnya, peserta diajak melihat kenyataan bahwa hidup ini tidak hanya kenyamanan saja (konsolasi), tapi ada juga pengalaman sisi gelap, kecewa, terluka (disolasi), mengolah misteri sedih dengan tetap membawa keyakinan akan cinta Tuhan. Allah tetap mencintai, menyembuhkan, menyertai kita meski kita berada dalam kondisi disolasi.
Setelah peserta menjalani tujuh minggu pertemuan doa meditasi, menyadari pengalaman mencintai dan dicintai sesama dan Allah, selanjutnya peserta mulai memasuki tiga kali minggu pertemuan kontemplasi akan Karya Yesus, Sengsara Yesus, dan Kebangkitan.
Dalam doa kontemplasi Ignatian dari Loyola, peserta diajak melihat kehidupan Kristus sejak kelahiran, karya, kematian sampai dengan kebangkitan-Nya. Bagaimana Yesus bersikap terhadap diri-Nya sendiri dan Allah Bapa.
Tujuannya, agar kita mencontoh, mengenal, mendalami, dan mencintai serta mengikuti Dia. Diharapkan, kualitas hidup peserta menyerupai hidup Kristus.
Dalam doa kontemplasi, fokus “rasakan” karena kedalaman rasa itu yang akan membentuk diri peserta.
Selanjutnya, peserta diajak mengucapkan selamat tinggal tubuh. Peserta diajak menyadari tubuhnya sendiri yang selama ini telah berjasa menolong, mendampingi, melakukan apa saja bagi hidupnya mulai dari kepala, seluruh organ tubuh hingga kaki. Menyadari betapa selama ini kita telah menggunakan seluruh tubuh kita dan organ-organ tubuh melebihi kemampuannya dalam kegiatan sehari-hari. Sepantasnyalah kita mengucapkan terima kasih kepada tubuh kita. Betapa besar nilainya, menghargai dengan mencintai setiap anggota tubuh yang sebentar lagi akan menjadi debu.
Peserta diajak membayangkan dan merasakan Yesus ada di dekatnya. Yesus turut mengucapkan terima kasih kepada setiap anggota tubuh ini atas jasa yang diberikan selama hidup ini. Yesus ada dan memenuhi seluruh tubuhku dengan cinta.
Latihan ini bermanfaat untuk mencintai diri sendiri, menerima diri apa adanya.
Setelah melalui Latihan Doa Batin dan mengalami semua ini, maka dengan pengalaman doa-doa itu, peserta mulai menerapkan pada diri sendiri dan kepada orang lain.
Bagaimana peserta bisa melihat secara proposional atas perkara hidupnya dengan skala prioritas. “Aku mau menjadi pembawa damai Kristus, dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tuhan sumber kedamaian”.
Dion