Mentari pagi telah berpijar. Cerahnya pagi itu secerah Pasutri Marcel Revin Irawan (38 tahun) dan Sylvia Novita Irwan (34tahun). Penggerak Program Discoverydi St. Thomas Rasul itu merelakan hari liburnya untuk bincang-bincang pagi.  Rumah tampak asri, rapih dan bersih. Sirkulasi cahaya dan udara yang baik membuat suasana nyaman.

Sambil menunggu Marcel membeli sarapan, waktu dipergunakan untuk tanya jawab seputar bio data. “Yuk kita makan sama-sama,” ajak Marcel sambil membawa bakmi Nirwarna. Berpindah duduk dari ruang keluarga ke ruang makan perbincangan berlanjut.  Sylvi sibuk menyiapkan alat makan. Marcel memanggil kedua putri, Hana (8 tahun) dan Nicole (7 tahun) untuk makan bersama.

Kisah Kasih di Pelayanan

Pertama kali bertemu di PD BIG (saat ini PD BISA) pada tahun 2002.  Leo sebagai Pembicara rekoleksi. Dan Marcel hadir sebagai pemain gitar.  Pandangan pertama tidak terlalu memberi kesan mendalam. Marcel dan Sylvi masih bersama teman dekat masing-masing. Waktu bertemu hanya satu kali seminggu untuk komsel di ruang atas rumah Sylvi bersama muda mudi Sathora lainnya.

Suatu hari, Marcel dan keluarga sedang mengikuti misa di Gereja Sathora, “Sylvi tampil sebagai Lektor bertugas di mimbar.  Bersamaan dengan itu, saya juga sedang berdoa untuk jodoh dari Tuhan. Melihat Sylvi di mimbar, timbul perasaan kuat dalam diri saya. Wajah putih dengan mata sipit dan suara yang merdumembuat saya jatuh hati,kenang pria yang mempunyai hobi fotografi, lari dan main gadget itu.

Pernikahan

Sejak Januari 2006 Marcel dan Sylvi resmi berpacaran. Setelah melalui masa pacaran selama tiga tahun, hubungan serius ini dilanjutkan ketingkat yang lebih dalam, pernikahan. “Ada cerita menarik menjelang hari pernikahan nih. Hari Selasa sebelum hari H, saya terditeksi Demam Berdarah. Masuk RS dan mendapat perawatan guna menaikkan trombosit saya,” imbuh Marcel sambil menerawang kemasa sepuluh tahun lalu.

Pergumulan Cinta

Hari Kamis trombositnya turun drastis. Hari Jumat tidak bergeming sedikitpun. Timbul dilema dalam keluarga.  Pernikahan mau tetap dilanjutkan atau ditunda. Bila tetap dilanjutkan, bagaimana bila Marcel tidak tertolong? Bagaimana dengan Sylvi? Kalau ditunda, sampai kapan? Bagaimana dengan semua persiapan yang telah dilakukan?. Dalam pergumulan,banyak doa-doa didaraskan keluarga dan teman-teman. Pertolongan Tuhan selalu tepat waktu. Mujizat terjadi.

Sabtu, 4 Juli 2009 pagi, trombosit naik dua kali lipat menjadi 110 ribu.  Marcel langsung mendapat ijin keluar RS dari dokter. Dengan tenaga seadanya, tanpa mandi, saya dibantu berdandan. Dengan duduk di kursi roda, infus tertancap di lengan kanan dan dikawal oleh dua perawat saya menuju altar Gereja Sathora. Berkat Tuhan sayapun sanggup untuk datang ke gereja.Dan mampu bertahan sampai resepsi selesai,” cerita Marcel sambil melihat-lihat kembali foto pernikahannya.

“Dari peristiwa ‘menegangkan’ ini banyak pelajaran dapat saya ambil. Pertama sepertinya Tuhan menegur agar saya tidak boleh sombong dan terus mengandalkanNya. Kedua, pernikahan itu susah, jadi cukup satu kali saja. Dan ketiga, pasangan disamping kita itu spesial. Kata kunci ’saling’ terutama saling mengampuni dan saling mengasihi secara terus menerus,” tambah putra sulung dari Pasutri Eddy dan Henny.

Tantangan

Komunikasi. Tanpa berdialog terlebih dulu, tiga bulan sebelummenikah, Marcel mengajak keluarganya untuk tinggal bersama. Sementara rumah orang tuanya sedang diperbaiki. “Kurangnya komunikasi menyebabkan timbul permasalahan. Hubungan sayadengan mertua dari awal baik. Namun ketika harus hidup dalam satu atap tetap tidak mudah. Saya harus dapat menyesuaikan diri dengan Marcel dan keluarga. Dengan kesabaran, masa sulitdapat dilalui,” jelas putri sulung Pasutri Andreas dan Elin haru.

Keuangan. Perbedaan kebiasaan selama tinggal di rumah orang tua masing-masing memicu perdebatan. Marcel orang rumahan, sudah puas dengan main gadget atau beberes rumah. Seperti pria umumnya, ia suka membeli barang-barang berhargauntuk keperluan keluarga seperti, mobil, gadget, TV, dll.

Sedangkan Sylvi, setiap akhir minggu senang berlama-lama di mall. Mulai dari pagi sampai malam hari. Bagi Sylvi itu suatu hiburan setelah penat lima hari bekerja. Menurut Marcel itu membuang waktu dan merupakan suatu pemborosan. Saat inihal-hal di atas terkesan lucu. Padahal waktu menjalaninya benar-benar gampang-gampang susah,” tandas istri yang hobi menyanyi lagi.

Bahasa Kasih

Sylvi memilih Marcel karena, “Marcel dapat membangun secara rohani dan bertanggung jawab. Dari dia saya mendapatkanpeneguhan. Ia dapat dipercaya dan dapat diandalkan, karena ia seorang yang takut akan Tuhan. Bahasa kasih Marcel itu senang dipuji,” aku ahli akuntansi sambil sesekali mempermainkan rambutnya.

“Sylvi itu seorang yang teliti, bertanggung jawab dan secara keseluruhan ia adalah seorang ibu rumah tangga yang mendekati sempurna di mata saya. Pandai masak dan mendidik anak. Walaupun ia berjuang untuk lebih dapat mengatur waktu. Bahasa kasih Sylvi adalah quality time dan dilayani,” imbuh eksekutif di bidang akuntasi publik itu lagi.

Pilar Rekonsiliasi

Dalam menjalani hidup pernikahan, hal terpenting adalah Pilar Rekonsiliasi, memaafkan satu sama lain. Melayani di Discoverydan pelayanan pasangan suami istri lainnya, membuat keduanya harus melakukan rekonsiliasi sebelum mewartakan Firman.

Sekitar dua tahun lalu, Hendy-Linda dan Pasutri ME, Benny-Rykauntuk membantu Seksi Kerasulan Keluarga untuk Program Membangun Rumah Tangga (MRT) dan Discovery. Sejak November 2018 juga mulai aktif di Komisi Kerasulan Keluarga KAJ (KomKK KAJ). Pertemuan diadakan dua atau tiga kali dalam sebulan.

Harapan agar pasutri muda jangan hanya fokus pada pekerjaan semata. Keluarga harus menjadi prioritas. Tingginya tingkat perceraian dan tantangan dalam mendidik anak, iman mutlak menjadi prinsip hidup dan jawaban. YouTube Ascension Presents dan Catholic Answers dapat menjadi wadah untuk menjawab berbagai permasalahan seturut ajaran Gereja Katolik.

Make Time

Dibutuhkan hati yang terarah pada Tuhan. Doa dan Firman merupakan tonggak penting menjalani hidup. Tantangan kedepan, orang semakin sekuler. Terkungkung dalam ‘kebodohan’, bahwa keberhasilan dapat diraih tanpa turut campur Tuhan. Iman tergerus dengan sekuleritas. Mau tidak mau penggiat ‘kerohanian’ harus melengkapi dengan metode baru sesuai dengan jaman.

Bagi Marcel dan Sylvi, ‘make time’ sangat penting dalam menyeimbangkan hidup. Buatlah waktu-waktu untuk bersama Tuhan, diri sendiri, keluarga, pekerjaan dan pelayanan. “Marcel bukan tipe pria romantis. Tapi pada hari Valentine yang lalu,ketika makan malam di sebuah restoran, ia maju ke panggung dan melantunkan lagu lawas untuk merayu saya. Bahagia itu sederhana, yang penting selalu bersyukur,” tutup Sylvi mengakhiri perbincangan di hari Kamis, 7 Maret 2019.