Ia bersama timnya menyelesaikan konsep ibu kota baru, dengan luas area total 250 ribu hektar dan fokus area 6.000 hektar.

 

Gerardus Sebastian Sibarani Sofian – [Foto : dok pribadi]

NAGARA Rimba Nusa adalah tema yang diambil oleh Gerardus Sebastian Sibarani Sofian ketika memenangkan lomba urban design yang diadakan pada akhir 2019. Pria kelahiran Kota Hujan 45 tahun lalu ini menerima kedatangan MeRasul pada Minggu siang, 22 Februari 2020, di kediamannya di Taman Permata Buana.

 

Bersama sang istri, Natasha Fransineta Sylvia Wiradarma (45 tahun), kami berbincang-bincang . Suasana rumah sepi karena kedua anak mereka, Valentine Angeline Suriadi (14 tahun) dan Josephine Aimeeline Suriadi (11 tahun) sedang berada di lantai atas.

Ikut Kompetisi
Sejak awal tahun 2019, pemerintah sudah mengumandangkan ide ibu kota baru. Dengan kapasitasnya sebagai SekJen Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), pemerintah mengundang  Sibarani sebagai narasumber di bidang tersebut. Beberapa kali ia juga diundang dalam Dialog Nasional Persiapan Ibu Kota baru.

Pada Oktober 2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyelenggarakan sayembara untuk mendapatkan desain rancangan terbaik ibu kota Negara. Pendaftar mencapai 755 orang. Mereka diberi waktu hanya satu bulan.  Yang sanggup memasukkan karya hanya 295 peserta dan yang terseleksi awal 255 karya. Setelah itu, seleksi dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari 13 orang untuk menentukan shortlist lima besar.

 

Dalam waktu satu minggu, terpilih lima besar. Jumat, 20 Desember 2019, lima tim peserta harus memberikan presentasi kepada Presiden Jokowi di istana. Persyaratan dan keluaran yang dibutuhkan untuk sayembara relatif sangat banyak sementara waktu yang diberikan sangat singkat. Pengumuman pemenang pada 23 Desember 2019.

 

Dengan modal pengalaman 18 tahun, tim Sibarani mampu menyelesaikan konsep ibu kota baru, yakni dengan luas area total 250 ribu hektar (sebesar Jabodetabek) dan fokus area 6.000 hektar (hampir sebesar BSD). “Berat, tetapi tim kami sudah terbiasa bekerja dengan skala seperti demikian,” katanya.

 

Ketika diumumkan, tim Sibarani menjadi juara pertama. “Ada rasa bangga dengan kemenangan itu. Tim kami mendapat hadiah dua miliar rupiah,” ujarnya.

 

Sebagai pemenang, Sibarani dan tim kembali diundang untuk briefing pada 8 Januari 2020. Proyek ibu kota baru di bawah Kementerian PUPR sudah melakukan survei lapangan dan rapat dengan bidang-bidang terkait lainnya.

Pengalaman sebagai perancang kota, membuat Sibarani  dapat menyesuaikan kondisi lokal.  Tema “Nagara Rimba Nusa” mempunyai arti kota/pemerintahan yang berada di hutan dan menyerupai gugusan pulau. Konsepnya, bagaimana manusia dengan alam saling harmonis. Sumber inspirasi diambil juga dari pelbagai kota di seluruh dunia yang menganut konsep pembangunan hijau berkelanjutan.

Predikat Cumlaude
Sibarani bersekolah di Sekolah Regina Pacis Bogor mulai dari TK hingga SMA. Di bangku perguruan tinggi, ia lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung  (ITB), pada tahun 1997. Kemudian, dengan beasiswa, ia melanjutkan S2 di Jurusan Urban Design University of New South Wales Sydney dan lulus pada tahun 1999.

 

Krisis moneter 1998 berdampak tidak ada pekerjaan di Indonesia yang sesuai dengan keahlian Sibarani. Keadaan ini mengakibatkan ia harus memulai karir di negara tetangga, Singapura.  Pada tahun 2000-2003, Sibarani bekerja di TAK Design Consultant dan RSP Architects. Lalu, ia mendapat tawaran bekerja di Hong Kong pada tahun 2003-2004; di  SOM Asia, sekantor dengan Ridwan Kamil.

 

Pada tahun 2004-2007, sebagai karyawan EDAW di Hong Kong, ia juga sempat dipekerjakan untuk Indonesia di Bandung.

Sebuah perusahaan desain raksasa di Singapura, AECOM, mengakuisisi EDAW pada tahun 2007. Alhasil, pada 2007-2011, ia kembali bekerja menjadi pioneer Design dan Planning Studio AECOM di Singapura.

 

2019 Retret Pengusaha – [ Foto : dok pribadi]

Pada Juni 2011, Sibarani ditugaskan menjadi menjadi pioneer AECOM Indonesia. Akhirnya, ia menjadi Managing Director AECOM Indonesia pada 2015-2016. Di puncak karir, pada 2017, Sibarani memutuskan untuk berhenti bekerja.

 

Lalu, ia bersama tiga rekan eks AECOM membuka perusahaan sendiri bernama URBAN+ yang berkantor di APL Tower Lantai 28. Pada tahun 2011 hingga 2016, sebagai tenaga ‘asing’ ia mendapat tunjangan sewa rumah di Jalan Pulau Damar. Kemudian, pada tahun 2016, ia membeli rumah yang ditempatinya saat ini.

Alam Terbuka

Tahun 2009-2011, Sibarani mengerjakan proyek pertama dari pemerintah yaitu Ancol Eco Park yang merupakan tempat langka di Jakarta untuk rekreasi di alam terbuka.

 

Tahun 2015, memasuki usia 40 tahun, ada panggilan untuk membantu Ahok sebagai Gubernur Jakarta. Sebagai relawan di bawah naungan LSM, ia memberi advokasi perencanaan kota. Proyeknya membuat trotoar ramah pejalan kaki. Jalan Melawai menjadi  proyek percontohan.

2019 Retret Pengusaha – [Foto: dok. pribadi]

Tahun 2017, Sibarani memutuskan untuk undur diri dari perusahaan meski kondisinya sangat nyaman dengan gaji dan fasilitas yang baik. Ia keluar dari comfort zone sebagai managing director, orang pertama cabang Indonesia karena atasannya berada di Singapura.

“Ada panggilan untuk lebih banyak berkontribusi dalam perencanaan dan perancangan perkotaan di Indonesia yang masih membutuhkan banyak bantuan tenaga ahli,” imbuh penggemar nonton dan travelling ini.

 

Titik Balik

Sibarani dan Sylvia menikah di Kapel SMA Regina Pacis Bogor pada 2 Juni 2001. Karena saat itu, ia bekerja di Singapura maka kursus pernikahan dilakukannya di St. Mary Angels Bukit Batok. Berbeda dengan di Jakarta, di Singapura, program ini dilakukan dalam bentuk retret dua malam. “Kami diajak untuk saling terbuka satu sama lain dengan pasangan, tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Bahkan, pada akhir retret, ada pasangan yang batal menikah. Tapi, lebih baik batal menikah daripada akhirnya bercerai,” kata bungsu dari empat bersaudara ini.

 

Selama bekerja di Singapura, hidup Sibarani terasa nyaman dan aman. Rasa aman membuat Sibarani merasa tidak perlu mencari Tuhan. Titik balik terjadi setelah ia dan keluarganya kembali ke Jakarta. Ia mulai ingin dekat dengan Tuhan.

 

Tahun 2014, mama Sibarani yang berumur 70 tahun memutuskan menjadi pengikut Kristus dan dibaptis secara Katolik. “Cici saya aktif di Shekinah Duta Merlin sejak 2012. Ketika Cici mengajak saya ikut SEP, awalnya saya tidak mau.” Sibarani terlalu sibuk mengejar karir dan bebal dalam menjawab panggilan Tuhan. Namun, di sepanjang 2015, ia mengalami berbagai kejadian tidak lazim, seperti menangis tanpa sebab pada Misa Natal dan Tahun Baru.

 

“Saya sempat ditegur oleh putri saya, Angeline, yang pada saat itu berumur sembilan tahun,” kenangnya.  Penyebabnya, ia membaca semua buku di perpustakaan rumah tetapi Alkitab yang dimiliki sejak 2001 dan terletak di laci sebelah ranjang, tidak pernah dibaca bahkan halamannya masih lengket.

 

2019 Renakel – [Foto : dok. pribadi]

Evangelisasi yang paling pertama yang harus dilakukan, lanjut Sibarani, adalah orang-orang terdekat, yaitu pasangan dan keluarga. Pada tahun 2016, setiap Sabtu selama 14 minggu, ia mengikuti kegiatan SEP Eksekutif Shekinah Angkatan 11 pada pukul 08.30 – 15.30. “Awalnya, istri saya marah karena waktu untuk keluarga habis,” ungkap Sibarani.

 

Dalam kursus tersebut, Sibarani dibentuk dan diberi pembekalan iman. “Saya juga mendapat teman-teman komunitas yang sangat mendukung saya untuk menjadi orang Katolik bukan KTP dan mulai memberitakan kabar baik (evangelisasi),” ungkap penggemar olah raga jogging ini.

 

Sejak melihat perubahan yang cukup nyata pada sosok Sibarani, pada tahun 2018 Sylvia mau ikut SEP Eksekutif Angkatan 13 dan juga aktif di Shekinah. “Kami diubah menjadi manusia baru. Kami juga tetap  mendukung kegiatan di paroki sebagai pengurus Sie Sosial Lingkungan Lukas.  Rumah kami terbuka untuk kegiatan lingkungan.”

 

Seiring bergulirnya waktu, Sibarani aktif di Shekinah. Ia diangkat sebagai pengurus Shekinah periode 2019-2021. Ia terlibat dalam kegiatan komite outreach, khususnya retret Natal keluarga. Retret Natal keluarga yang paling membuatnya sibuk karena target peserta 120 keluarga. Persiapannya bisa enam bulan dan membutuhkan tim panitia hingga mencapai 120 orang.

2016 Sepex 11 – [Foto : dok. pribadi]

Sebagai panitia retret Natal 2019 Shekinah,  Sibarani sibuk. Salah satu tugasnya adalah  mencari peserta dan sponsor. Karena diperlukan dana sebesar Rp 280 juta di luar pendapatan dari penjualan kamar hotel. Harga tiket Rp 900 ribu per orang per malam.

 

Tugas yang tidak mudah. Pada awalnya, baik jumlah peserta maupun sponsor tidak sesuai target. Dengan promosi yang gencar dan kerja keras, akhirnya pada saat-saat terakhir, dana sponsor terpenuhi. Awalnya, jumlah peserta kurang dari 100 orang  sementara target 400 orang.  Nyatanya, pada saat-saat akhir, melampaui  target (402 orang).

 

 

Banyak Mukjizat

2019 Malaysia Trip – [Foto : dok. pribadi]

Setelah kerja mandiri, Sibarani mengalami banyak mukjizat.  Tangan Tuhan menjaga keluarga dan perusahaannya. Campur tangan Tuhan sangat terasa sehingga ia mendapat keringanan biaya sewa kantor. Ada 38 karyawan yang bernaung di bawah perusahaannya yang harus digaji setiap bulan.

 

“Perusahaan kami mengerjakan 50% pekerjaan pemerintah dan 50% swasta. Saya menerapkan prinsip tidak mau memberi atau menerima gratifikasi dari klien,” tegasnya.

 

Bagi Sibarani, menjadi pemenang Lomba Desain Ibu Kota Baru merupakan anugerah Tuhan. Dengan kemenangan itu, Sibarani sudah diwawancarai oleh berbagai media nasional dan internasional. Sekarang, ia sedang mempersiapkanperencanaan detail  desain sampai Juni 2020. Detail desain tersebut akan dipresentasikannya  di hadapan Presiden Jokowi.

 

Sibarani percaya bahwa Allah memiliki rencana dan rancangan bagi setiap pribadi dan semua itu baik adanya.

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

Lily Pratikno