BERMULA dari umat yang membuat kelompok kecil.  Jumlah anggotanya hanya  beberapa orang. Mereka ingin bertumbuh secara rohani. Ada keinginan mendalami keberadaan kelompok ini agar menjadi sarana pengembangan diri/pribadi. Dalam kiprahnya, mereka dapat lebih lanjut melayani Gereja.

Komunitas sebagai kumpulan umat dengan jumlah relatif kecil, secara berkala mendengarkan Firman Allah. Mereka juga saling berbagi masalah pribadi/kelompok/sosial dengan berbagai  pemecahannya dengan panduan/pegangan Kitab Suci.

Untuk mengetahui apa dan bagaimana komunitas ini, MeRasul berbincang-bincang dengan pengurus BPK PKK KAJ. Maria Regina Tjiumena. Ia adalah salah satu pengurus Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik KAJ (BPK PKK KAJ) yang akan berbicara banyak tentang konsep Komunitas Basis (Kombas), dalam konteks Persekutuan Doa Pembaruan Karismatik Katolik (PDPKK).

 

Maria Regina Tjiumena – [Foto : dok. pribadi]

Menurut Maria, nama lain Kombas adalah cell group  (kelompok sel). Maria sudah membuat materi ini sekitar tujuh tahun lalu. Untuk memulainya, Maria berdiskusi dengan pengurus BPK PKK KAJ.  “Istilahnya, semacam meminta Nihil Obstat”, ungkapnya.

Menurut Romo Moderator, sebaiknya istilah kelompok sel jangan dipakai karena pengertian istilah itu tidak Katolik. Istilah di dalam Gereja Katolik adalah komunitas basis karena ini yang menjadi ajarannya.

 

Komunitas Basis atau Kombas adalah komunitas yang terdiri dari kelompok yang lebih kecil yang terikat pada komunitas yang lebih besar/PDPKK. Konsep Kombas ini disampaikan oleh BPK PKK KAJ untuk seluruh PDPKK se-keuskupan.

 

“Kombas bertujuan meng-grab umat Persekutuan Doa (PD) supaya turn over tidak tinggi, mengajak umat tetap setia dalam PD,” ujar Maria.  Ia berkesempatan keliling ke PD-PD, melihat dan mengamati mengapa PD mengalami up and down.

Dari pengamatannya, ia menemukan bahwa pengurus PD cenderung tidak tahu bagaimana harus mengurus dan mengembangkan PD-nya. Pencarian materi untuk Kombas ini dilakukannya setelah sebelumnya ia juga menangani dan membuat materi tentang manajemen PDPKK.

 

Materi ini dipakainya untuk mengajar, berkeliling ke PD-PD untuk mendapatkan feedback. Maria melihat bahwa PD-PD sudah kuat; ibarat tiang pancangnya sudah mulai kokoh. Tim PD sudah mulai memahami arti pelayanan. Kemudian apa yang akan dibuat next-nya dan bagaimana menggarap umat? Ia melihat bagaimana kondisi umat PD. Meski pengurus PD sudah ready, umat PD ramai tapi yang hadir silih berganti, tidak setia.

 

Dalam salah satu pengalamannya berkeliling ke komunitas-komunitas, Maria memperoleh cerita dan pengalaman dari salah satu komunitas di Surabaya. Komunitas ini membuatnya melakukan banyak penggalian informasi secara lebih mendalam, yakni dengan mengunjungi pendirinya guna mendapatkan cerita yang lebih dalam tentang komunitas ini.

Selain itu, Maria juga berkunjung ke tempat lain. Beberapa kali ia datang dan memperhatikan dengan saksama. Ternyata, ia menemukan bahwa salah satu base-nya adalah harus ada kelompok sel yang bisa membikin orang setia. Dari sinilah, ia mengumpulkan materi dengan bertanya kepada banyak orang.

 

Materi itu dibawanya ke pengurus BPK PKK KAJ. Maria mulai menceritakan pengalaman ini.  Akhirnya, sampai pada keputusan bahwa pengurus menyetujuinya dan meminta pembuktian kepadanya bahwa program ini bisa dilaksanakan seterusnya.

 

“Dengan berjalannya waktu, PD terus berjalan dan Kombas juga berjalan. Ternyata, PD-PD ini semakin hidup, semakin hidup, dan semakin bertumbuh,” katanya yakin. Ini berarti bahwa PD bisa terus semakin eksis dengan terus menjalankan Kombas.

 

Vincent Chandra (Koordinator BPK PKK KAJ saat ini) menanyakan hal ini kepada dirinya; mengapa PD Orang Muda jauh melebihi PD Umum. Mengapa PD Orang Muda kok cepat bertumbuh? Hingga Vincent memintanya untuk melakukannya di PD Umum.

Saat Maria masuk ke PD Umum, diperlukan penyesuaian kondisi. PD Orang Muda memiliki warna yang berbeda. “Tidak semua yang ada di PD Orang Muda bisa diterapkan ke PD Umum,” ungkapnya.

 

Bagaimana Maria memiliki spirit untuk fokus ke Kombas?

Fellowship peserta dalam sosialisasi Kombas – [Foto : Hersen]

Karena ia melihat orang membuat PD menjadi acara rutin sehingga tidak ada gregetnya. Padahal awal adanya PD, adalah membawa suasana pembaruan di dalam Gereja. Orang hadir dalam PD karena mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi dan hidupnya berubah. “Nah ini saya perhatikan. Hal yang esensial ini sudah mulai hilang. Yang ada, PD hanya menjadi ajang kegiatan, orang datang seperti arisan, habis itu pulang. Terus yang bertumbuh apa?  Justru malah semakin merosot dan buahnya semakin hilang. Itu yang menjadi keprihatinan saya,” ungkapnya lagi.

 

Ia mencoba menemukan permasalahannya; sebenarnya apanya yang salah. Dengan mempelajari PD-PD ini, ia mendapati ada konflik di sana, tim yang tidak mengerti arti pelayanan, tim yang hanya menjalankan tugas tapi tidak bisa membawa kasih Tuhan dalam pelayanan. Untuk inilah, Maria menyusun materi-materi tersebut.

 

Kombas menjadi program khusus BPK PKK KAJ. Lalu, hal-hal apa saja yang sudah dipersiapkan untuk memulai dan mengembangkannya? Maria mengatakan bahwa untuk memulainya harus membayar harga dan out of the box, melihat hal lain yang terkait dengan hal tersebut, dan harus digarap sekalian biar tergapai. Koordinator BPK PKK KAJ memintanya menjadi ketua bidang pengembangan dan pembinaan..

 

Di bidang yang ditanganinya di dalamnya ada Pembinaan PD, Doa Syafaat Profetik, dan Komunitas Basis.

Komunitas basis bisa dijalankan kalau tim PD siap karena mereka yang akan menjadi fasilitatornya. Kalau timnya tidak siap, baik secara rohani maupun iman, PD tidak akan pernah bisa jalan. Istilahnya, bagaimana kita bisa memuridkan orang lain kalau kita sendiri belum pernah menjadi murid sehingga diperlukan pembinaan.

 

Melalui survei yang dilakukannya, Maria lebih mengerti. Maka, PD yang sangat bermasalah ditaruhnya di jalur merah, PD berkatagori sedang ditaruhnya di jalur kuning dan katagori lancar ada di jalur hijau.

Maria dan tim akan datang dan berembug menawarkan pembinaan, masalah apa saja yang ditemukan. Jika masalahnya tidak ada komitmen, tim akan memberikan pembinaan untuk itu sembari melakukan Kombas. Tim mengunjungi PD yang ada di semua dekenat. Caranya, dengan memberikan pengenalan/sosialisasi mengenai Kombas, apa tujuannya, dan sebagainya.

 

Tim masuk ke hal yang lebih dalam, melihat potensi siapa yang bisa menjadi ketua kelompok. Kalau tidak ada, harus diadakan pembinaan. Orang PD harus menjadi leader. Langkah berikut adalah membentuk kelompok. Jika hanya ada satu, bisa membentuk satu kelompok dahulu. Karena Kombas hanya bisa untuk sepuluh orang dalam satu kelompok.

 

Waktu Kombas jalan, terus di-maintain, dipantau, dikasih pengarahan, dan briefing. Maria memerlukan kerja secara tim, seperti yang disampaikannya. “Sekarang, ada kepengurusan di setiap dekenat yang menangani bidang Kombas, khusus memegang pengembangan dan pembinaan. Mereka akan menjadi tangan kanan BPK PKK KAJ untuk mengontrol. Mereka juga bertanggungjawab di dekenatnya masing-masing.”

 

Setelah itu, doa syafaat profetik juga penting karena semua kegiatan tidak bisa jalan tanpa doa. Doa syafaat profetik akan berbicara mengenai karunia-karunia dan karisma Roh Kudus. “Supaya semuanya mengerti, maka semua akan menerima pengajaran untuk lebih berkembang. Itulah Pembaruan Karismatik yang hidupnya digerakkan oleh karisma Roh. Ini yang menjadi program BPK PKK KAJ,” lanjut Maria. Tanggung jawab inilah yang diterimanya untuk dijalankan.

 

Sejak ada pandemi Corona, ada hal-hal yang mau tidak mau harus dipersiapkan lagi untuk dilanjutkan, karena baru beberapa dekenat yang melaksanakannya, tidak banyak yang bisa dijalankan di masing-masing PD. Menurut Maria, banyak hal yang dipikirkannya hingga masalah seolah menjadi ribet.

 

Namun, ada PD yang bisa melakukan aktivitas Kombas di tengah pandemi Corona. “Mereka masih dapat berkomunikasi dengan memberikan pengarahan ke PDPKK melalui teknologi/media sosial.”  Menurut Maria, ini adalah contoh komunitas PD yang baik. Ada PDPKK yang bisa melaksanakan Kombas di tengah wabah Corona selama hampir dua bulan melalui pemanfaatan teknologi Zoom.

 

Kelompok Kombas sudah dibentuk. Dalam keadaan wabah, apa yang bisa dilakukan? “Gereja saja menghimbau untuk Misa online, rosario online, kenapa kita tidak bisa PD online dan Kombas online? Semua tergantung pada minat dan kreativitas PD masing-masing,” tandasnya.  Ada tidaknya kreativitas PD saat pandemi, bisa dilihat dan dibaca dari bagaimana kualitas pelayanannya.  PD yang melakukan aktivitas online untuk menjangkau umat, dibilang cukup baik. Tapi, jika dalam kondisi begini, PD  hilang, apalagi koordinatornya diam saja/bergeming, PD ini masuk dalam katagori merah, kuning ataukah hijau. Di luar kegiatan Kombas, kalau PD sudah menjalankan kegiatan lain dengan cara online dan lainnya, berarti bagus. “Mereka tidak pasif dan tidak terlena oleh situasi. Pada masa seperti ini, banyak hal yang bisa dilakukan,” ujar Maria.

 

Secara materi, format, dan teknik melakukan Kombas, beberapa key point akan disampaikan pada materi yang disiapkan. Pelatihan dengan materi yang lengkap dilakukan dengan metode sosialisasi dan kursus pengajaran (teaching course) bagi tim/ketua kelompok, koodinator, dan pewarta/pengajar.

 

Persiapan sebelum sosialisasi Kombas – [Foto : Hersen]

Tujuan diadakannya Kombas agar umat mengalami relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama, mengalami pertumbuhan rohani dan iman, dan lebih mengenal hidup dalam persekutuan kristiani yang mewujudkan persaudaraan sebagai keluarga Allah.

Sedangkan unsur yang harus ada dalam membangun Kombas, antara lain passion yang merupakan elemen kunci menuju kepemimpinan kelompok sel yang kuat, serta panggilan terhadap kekudusan dan kasih.

 

Kombas dimulai dengan harus mengerti hal-hal sebagai berikut, yakni: ketua kelompok/wakil ketua kelompok berasal dari tim pelayanan PD, umat dari PD atau umat yang belum mengenal PD, namun harus mengikuti PD. Umat yang ikut Kombas adalah umat dari PD yang nanti dipromosikan bisa menjadi tim PD atau orang luar yang belum ikut PD tapi dibawa ikut Kombas.

Mereka boleh ikut Kombas dengan syarat harus datang PD. Saat Kombas jalan, tidak ada yang eksklusif. Ikut Kombas tetap terikat dengan PD. Waktu PD satu kali seminggu, waktu Kombas dua minggu sekali. Diperlukan komitmen untuk mematuhinya.

 

Lalu, bagaimana memulai Kombas?

Pertama,  memahami struktur Kombas; di dalamnya ada moderator, koordinator, Pastoral Care, bendahara dan sekretaris, wakil koordinator, bidang pelayanan (ketua dan anggota), koordinator sel, dan kombas (ketua dan anggota).

 

Kedua, menentukan fasilitator (ketua kelompok). Persyaratannya adalah tim pelayanan, dewasa rohani, memiliki jiwa dan sifat kepemimpinan, mau berkomitmen dan memiliki passion. Persyaratan ini akan mempengaruhi keberhasilan dalam memimpin Kombas: Leaders yang motivasinya adalah Allah, yang berfokus pada doa daripada produksi, yang memiliki orientasi pada manusia, yang memberi diri tanpa pamrih, dan yang memiliki passion.

St. Ignatius Loyola menyatakan bahwa suatu tindakan yang dilakukan dengan penuh semangat jauh lebih berarti jika dibandingkan beribu-ribu tindakan yang dilakukan dalam kemalasan. Alhasil, apa yang dilakukan seorang yang malas dengan waktu yang banyak, tidak akan mencapai apa-apa. Tapi, yang dilakukan oleh seorang yang penuh semangat walaupun waktunya singkat akan mencapainya. Kalau dilakukan dengan penuh semangat maka Kombas akan menuai keberhasilan dalam waktu yang singkat.

 

Ketiga,  menentukan anggota. Kombas terbuka bagi siapa saja yang mau terlibat, antara lain dengan melihat: usia, anggota PDPKK dan Gereja Katolik, domisili dan memiliki kemampuan untuk berkomitmen.

Keempat, kegiatan utama Kombas. Pertemuan Kombas bukan pertemuan doa. Pertemuan ini  memiliki agenda mendengarkan, merenungkan, dan bagaimana menjalankan Firman Tuhan, sharing iman, dan monitoring.

Integrity check adalah refleksi diri/pemeriksaan batin yang dilakukan setiap hari yang meliputi: mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Dan kegiatan penggembalaan, yaitu relasi para anggota yang bertujuan membangun tanggung jawab untuk saling memelihara satu sama lain, membangun anggota untuk hidup dalam kasih, dan buahnya untuk kaderisasi perluasan Kombas.

 

Kelima,  Materi pertemuan berupa bacaan harian secara tematik. Salah satu materi dari jenjang pembinaan PKK dan materi yang disusun oleh Badan Pelayanan Nasional Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia (BPN PKKI).

 

Keenam,  Teknik Perluasan Kombas.

Fellowship peserta dalam sosialisasi Kombas – [Foto : Hersen]

Sebagai ilustrasi misalnya, Maria memiliki tim berjumlah sepuluh orang. Dari sepuluh orang ini, semuanya bisa jadi ketua kelompok. Kapasitasnya dapat membentuk sepuluh kelompok, tinggal bagaimana bisa menjangkau umat. Jika setiap acara PD hadir 40 orang, dari yang seharusnya 100 orang. Dari 40 orang ini, belum tentu semuanya bergabung dalam Kombas. Ditawarkan, mungkin saat itu hanya dua kelompok Kombas, dengan kapasitas sepuluh orang, dengan satu ketua di tiap kelompok. Berarti, ada 18 anggota kelompok. Ke-18 orang ini di-maintain, diajak membentuk ikatan persaudaraan, ada chemistry, memiliki sense of belonging, tetap diwajibkan ikut Kombas dan PD. Setidaknya, setiap minggu sejumlah 18 orang akan hadir. Potensi 18 orang ini, pada tahun berikutnya bisa menjadi anggota tim, jika mereka masuk menjadi bagian dari tim.

Dari 18 orang, perkiraan sembilan orang masuk menjadi anggota tim PD. Otomatis tim Maria, awalnya sepuluh orang bertambah menjadi 19 orang. Dari 19 orang ini, ada potensi membuka Kombas baru untuk menjangkau umat baru lagi. Nah, ini adalah perluasan yang terus-menerus. Dari jumlah awal yang hadir sebesar 40 orang, total yang hadir di PD ditambah sembilan orang menjadi 50 orang (termasuk ketua); mereka akan bertumbuh. Ada yang keluar, tapi tetap berharap yang masuk akan lebih banyak. Lama-kelamaan PD semakin besar dan semakin hidup.

Dengan bertambahnya anggota PD, bukan hanya kuantitas tetapi umat pembaruan karismatik ini adalah umat yang berkualitas, yang bisa menggarami dan menjadi pelita bagi Gereja. Bukan saja membuat PD semakin besar tapi membuat Gereja semakin besar.

 

Kalaupun suatu hari karena melalui PD, mereka masuk ke paroki dan aktif, justru lebih bagus. Sebenarnya, itu misi Pembaruan Karismatik Katolik, yakni untuk membarui orang Katolik dalam seluruh aspek kehidupannya. Ini menjadi visi dan misi Pembaruan Karismatik Katolik agar terlaksana dengan baik. Dan itu menjadi tugas bersama.

 

Lalu, berapa lama waktu yang diperlukan untuk dapat mengukur keberhasilan Kombas? Waktulah yang akan berbicara karena dalam pelaksanaannya, tidaklah semudah teorinya. Kita akan melihat buahnya. Mereka yang dengan setia, dengan mau bayar harga. Buahnya akan terlihat beberapa tahun lagi. Bagaimana kualitas tim pelayanan PD-nya, bagaimana kualitas umatnya, bagaimana PD bertumbuh dan menghasilkan umat yang baik bagi parokinya.

 

Pada akhirnya, saat sebelum dilaksanakan Kombas, dibutuhkan survei yang menghasilkan analisa data. Demikian pula diperlukan survei tentang indikator keberhasilan Kombas di PD-PD. Maria berharap, jumlah orang akan bertambah tapi tidak memecah munculnya PD-PD baru atau PA-PA baru. “Menjadi berbahaya, jika secara perorangan berkembang tapi tidak terwadahi di PD yang sudah ada atau PD yang sama.”

 

Terkait survei, kegiatan dilakukan dalam menyusun materi yang mengatasnamakan BPK PKK KAJ. Jika program itu berhasil, akan menjadi keberhasilan BPK. Bukan keberhasilan Maria karena ia tidak bekerja sendiri. Ia punya tim, yaitu tim BPK PKK KAJ.

Berto