Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:9-10). Baca keseluruhan (Luk 19:1-10).

NATAL membawa kita pada kisah pewartaan kabar gembira tentang kelahiran-Nya: ”Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: “Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Luk 2:11-12). Kelahiran Yesus yang membawa sumber sukacita, pertama-tama bukan diwartakan kepada penguasa politik, penguasa agama, orang berstatus sosial tinggi, melainkan kepada para gembala, kelompok yang tidak diperhitungkan. Dan keberadaan Tuhan Yesus yang dibungkus dengan lampin, yang terbaring di dalam palungan, tempat menaruh makanan ternak, sebuah tempat yang tidak nyaman, berbau tidak sedap dan kotor, menandakan Yesus mau hadir dan berada bersama kita semua yang sedang bergumul dengan kehidupan ini, yang sedang kecewa, yang masih sering jatuh ke dalam dosa, yang kotor.

Zakheus, si pemungut cukai dalam kisah di atas, boleh jadi adalah representasi dari kedua figur gembala dan palungan. Ia tidak diperhitungkan dalam kehidupan sosial dan keagamaan pada saat itu. Masyarakat membenci Zakheus karena dianggap sebagai pemeras dan bekerja untuk penjajah Roma. Para pemuka agama menganggapnya sebagai orang berdosa; ingat kisah orang Farisi, Luk 18:11 “karena aku tidak sama seperti… bukan juga seperti pemungut cukai ini”.

Ada kabar sukacita, ada Zakheus, dan kabar sukacita itu masih bergema sampai saat ini, sukacita karena Yesus hadir. Kita percaya Yesus hadir bukan hanya pada saat Natal, tetapi Dia selalu menyertai dan datang kepada kita dalam kondisi seperti apa pun, sebagaimana Dia datang pada Zakheus yang terkucil dan berdosa, seperti palungan.

Ketika Yesus masuk kota Yerikho, Zakheus sangat antusias ingin melihat-Nya. Apa gerangan yang membuat Zakheus sedemikian antusias? Banyak alasannya.  Pertama, Yesus sendiri pribadi yang menarik dan berkharisma. Kedua, bisa saja ia telah mendengar tentang Yesus yang datang dan makan di rumah Lewi, si pemungut cukai. Ini kabar gembira untuk Zakheus. Ketiga, sebelum Yesus masuk kota Yerikho, Ia  menyembuhkan orang buta. Orang buta yang sembuh itu mewartakan sukacita dan memuliakan Allah. Maka, bagi Zakheus, ingin melihat Yesus sama dengan ingin melihat “sukacita”.

Tidaklah heran ketika Yesus datang, hasrat kerinduan akan sukacita Allah membuat Zakheus melakukan hal melampaui keterbatasan fisiknya yang pendek, yang tidak memungkinkan baginya melihat Yesus secara langsung di tengah kerumunan banyak orang. Seperti anak kecil, ia berlari mendahului banyak orang dan memanjat pohon ara. Seolah tidak peduli risiko terjatuh, dicerca orang, dll. Setelah berusaha dengan segala keterbatasannya, ia mendapatkan sukacita itu; saat semua orang memandang rendah dirinya sebagai pendosa, Yesus justru melihat ke atas dengan tatapan penuh kasih. Saat semua orang memanggil dengan sebutan pemungut cukai, Yesus memanggilnya dengan nama pribadi Zakheus. Lalu, Yesus melanjutkan, “Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu. Dengan sukacita, ia menerima Yesus di rumahnya.

Bagaimana dengan kita? Apakah seperti Zakheus, gembala, dan palungan? Kita bisa jadi seperti Zakheus dengan identitas palungan, yang sedang bergumul dengan kehidupan, kotor, berdosa. Atau sama sekali bukan Zakheus, bukan pendosa, tidak kotor, tetapi pertanyaannya, khusus pada masa Natal ini, apakah kita mempunyai hasrat yang kuat untuk menyambut, melihat, berjumpa dengan Yesus? Lalu, ketika Yesus berkata, Aku harus menumpang di rumahmu, apakah kita mau membuka hati agar Dia datang dan masuk ke dalam rumah, ke dalam hati kita?

Jika hal itu sudah dilakukan, maka bersiaplah karena Yesus akan bersabda: “Hari ini telah terjadi keselamatan di dalam keluarga (rumah) anda!” Keluarga (rumah) adalah lingkungan yang utama bagi partisipasi nyata kasih Allah, di mana kita belajar memulai merasakan sukacita dan membawa kabar sukacita ke seisi rumah.

Saat Yesus berada di rumahnya, Zakheus berubah dari seorang yang tidak peduli dan tidak mengharapkan kepedulian orang lain, menjadi sosok yang bersedia memberi kepada orang lain. Setengah dari miliknya dibagikan kepada orang miskin. Ia mengembalikan empat kali lipat lebih besar kepada orang yang pernah diperasnya. Kasih Yesus, yang mau menyapa dan tinggal bersama dia, menjadi suatu kekuatan untuk mengubah apa yang tidak dapat dia ubah sebelumnya. Dan akhirnya, sukacita itu membawa seisi rumah pada keselamatan.

Pada hari Natal jangan menunda sukacita “Hari ini” bersama Yesus! Memohon rahmat pada setiap hasrat dan keterbatasan diri, membuka dan menyambut Tuhan Yesus yang hadir di dalam keluarga (rumah) agar keluarga menjadi tempat kediaman kasih Allah untuk menyebarkan “sukacita” dan “keselamatan”.

Selamat Natal 2017 & Tahun Baru 2018