KETIKA menuruni undakan teras gereja seusai Misa, pundak Opa Ben ditepuk orang dari belakang.

Spontan Opa menoleh ke orang yang kini sudah berada di sampingnya.

 

“Selamat hari Minggu, Ben. Lama tak bertemu ya,”  sapa orang itu.

 

” Ah… Philip?!  Kau ada di sini?”  Opa berseru terkejut melihat Philip, teman masa kecilnya.

 

Jawab Philip, ” Aku sengaja ikut perayaan Ekaristi di sini karena kangen pada gereja tua masa kecil kita ini.”

 

Lalu, kedua orang sepuh itu bernostalgia pengalaman mereka tempo doeloe.

 

Ketika tiba di tempat parkir, Philo bertanya, ” Opa, mana yang benar, Misa atau perayaan Ekaristi?”

 

Philip, mantan ketua Seksi Liturgi mengurungkan niatnya  untuk pulang.  Ia menjawab, “Semuanya benar. Ekaristi berasal dari bahasa Yunani, Eukharistia, artinya Ucapan Syukur. Istilah ini dipakai untuk menyebut perayaan Misa oleh St. Ignatius dari Antiokhia. Bukankah seluruh ibadat Misa merupakan doa syukur juga?

 

Sedangkan kata Misa berasal dari bahasa Latin, Missa, artinya Diutus.

 

Akhirnya, sebutan ini dipakai untuk menyebut perayaan Ekaristi di sana. Dalam Tata Perayaan Ekaristi atau TPE, pada pengutusan, kedua unsur itu digabung, yaitu bahwa perayaan Ekaristi atau syukur telah selesai dan kita diutus.

 

Opa Ben manggut-manggut lebar, Philo manggut-manggut kecil. “Lip, ” kata Opa, ” Istilah liturgi Misa mah sudah jadi makananmu sehari-hari. Tolong jelaskan dong.”

 

Philip merendah, ” Ah, aku cuma tahu sedikit. Begini, dalam liturgi ibadat Katolik, umat dilibatkan ikut aktif supaya berpartisipasi secara nyata untuk mengalami semua peristiwa. Dengan cara berdialog antara pastor dan umat yang saling bersahutan. Pastor memberi salam, ajakan atau doa dan umat menanggapi dengan seruan yang disebut Aklamasi. Berasal dari bahasa Latin, acclamatio. Macamnya banyak. Misalnya, aklamasi untuk doa: Amin.

Untuk salam: Tuhan sertamu  ; aklamasinya: Dan sertamu juga.

 

Sesudah kita mengucapkan Doa Tobat karena kemurahan Tuhan yang sudah mengampuni, maka kita memuliakan-Nya dengan pujian sebagai tanda hormat kepada Tritunggal Mahakudus, yaitu dengan Doksologi, dari kata Yunani.

 

Ada Doksologi Besar, seperti Gloria atau Madah Kemuliaan dan Doksologi Kecil yang diucapkan pada akhir doa, yaitu: Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus….”

 

Philip menuturkan bahwa dalam Liturgi Ekaristi, sebelum melangkah kepada tahapan Doa Syukur Agung, umat melambungkan Prefasi (berasal dari kata Latin, praefatio), yaitu doa puji dan syukur kepada Bapa dengan pengantaraan Kristus atas karya penebusan-Nya.

 

Biasanya dimulai dengan kalimat: Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa… dan diakhiri dengan nyanyian  “Kudus, kudus”.

 

Ada beberapa variasi rumusan. Karena selain untuk Hari Minggu Biasa, ada pula yang khusus untuk Hari Raya, Pesta atau Peringatan tertentu. Masing-masing versi memaparkan salah satu segi dari sejarah keselamatan melalui peristiwa yang dirayakan pada saat itu. Misalnya: Prefasi Santa Perawan Maria, Prefasi untuk Santo/Santa tertentu, Prefasi Pembaptisan Tuhan. Lalu, baru lanjut ke Doa Syukur Agung.

 

Sesudah Konsekrasi, umat mengungkapkan iman akan wafat dan kebangkitan Kristus serta kerinduan akan kebangkitan-Nya kembali dalam kemuliaan. Ini dinamakan Anamnese yang banyak variasinya sehingga diberi nomor urut.

 

Sela Opa, “Oh, itu toh. Yang kadang-kadang diumumkan pemimpin paduan suara untuk memakai anamnese nomor sekian. Betul enggak ya… ada yang seperti ini nyanyinya: Wafat Kristus kita maklumkan…”    Suaranya serak-serak garing.

 

Jawab Philip, ” Hahaha mantul.

Nah, lalu Doa Syukur Agung dilanjutkan lagi dan ditutup dengan doksologi oleh pastor: Dengan pengantaraan Kristus…

Umat juga mengucapkan doksologi, yaitu sesudah Embolisme Doa Bapa Kami.”

 

Opa Ben protes, ” Stop ,  stop Philipus! Apa itu tadi… embel-embel. Aku gak ngerti.”

 

Philip tergelak, ” Haha  sorry. Embolisme berasal dari kata Yunani, artinya sisipan. Itu merupakan doa khusus atau variasi yang disisipkan sesudah doa yang sudah lazim, seperti Doa Bapa Kami.

Maka, liturgi diselaraskan dengan situasi konkret yang bersangkutan. Salah satu contoh: Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala yang jahat… Kemudian ditutup dengan doksologi oleh umat:

Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama- lamanya.”

 

 

Opa Ben berterima kasih kepada sohibnya yang tulus berbagi “ilmu”.

Philo memberi kesimpulan, “Jadi, semua istilah itu punya makna ya?”

 

 

Cetus Opa, ” So pasti. Seperti namamu, Philo, juga punya makna. Sebab ketika ibumu mengandung kamu, ia ngidam berat kepingin makan pilus.”

 

Philo bingung. Apakah si Opa sedang bercanda atau memang benar demikian.

Tapi, wajahnya kok serius begitu?

 

Ekatanaya