PJ, panggilan akrab Nathanael Ponie Japit (50), mengisahkan kesaksian hidupnya kepada MeRasul pada Kamis sore, 13 Desember 2018.  Warga Lingkungan Lukas 5 ini merasakan kasih Tuhan yang sedemikian besar terhadap dirinya dan keluarganya.

Pernikahan PJ dengan Francisca Tju Paulina Gunawan (50) membuahkan dua putra. Putra sulung, Ignatius Rafael Pierson  (23) sudah bekerja. Sedangkan putra kedua, Martinus Alexander Philbert (20), kuliah Semester 5 di Fakultas Manajemen Pemasaran Universitas Prasetya Mulya.

Relasi PJ dengan orang tua dan empat saudara kandungnya sangat erat. Di mata PJ, Almarhum ayahnya merupakan mentor hebat yang bisa menjadi tempat berbagi cerita. “Almarhum papi adalah panutan saya,” ungkapnya. Rumah PJ boleh dikatakan sebagai tempat berkumpul keluarga besarnya.

Seven Years Itch
Seperti bahasa psikologi seven years itch, dalam suatu hubungan. PJ mengalami tujuh tahun pergumulan dalam bisnis dan keluarga. Sebelum memulai bisnis sendiri, PJ berkarir di Grup Astra. Pada tahun 1999, ia mengundurkan diri dan mulai menekuni dua bidang usaha, yakni marine logistic bersama adik-adiknya dan konsultan manajemen bersama rekan-rekannya.

Tahun 2010 merupakanpuncak krisis keuangan dunia akibat Subprime Mortgage di Amerika, yang mengoyak pasar Amerika dan Eropa. Kemudian perdagangan dunia menyasar China dan India yang selama ini menjadi pasar utama bisnis keluarga PJ.  Alhasil, PJ memutuskan untuk mundur dari bisnis konsultan dan terlibat aktif dalam perusahaan keluarga guna merestrukturisasi perusahaan agar lebih berdaya tahan menghadapi ancaman persaingan. Dua tahun kemudian, perusahaan tersebut membuka divisi perkapalan, yang alih-alih kemudian menjadi awal malapetaka.

Tahun 2012, terjadi berbagai insiden dan musibah di laut atas armada kapal perusahaannya.Peristiwa itu berlanjut pada rangkaian skandal dan masalah dengan pihak ketiga yang kemudian harus masuk ke ranah hukum yang cukup berat. Dipengujung tahun yang sama, sang ayah yang selama ini menjadi tempat mengadu dan berbagi mengalami rangkaian stroke yang menyebabkannya lumpuh dan terbaring tak berdaya.

“Tekanan bertubi-tubi tanpa disadari membuat saya stres yang berujung pada indikasi auto immune dan terdeteksi mengalami kebocoran pada klep jantung mitral,” ujar Ketua BL KEP 5 dengan tatapan menerawang.

Keuangan keluarga tergoncang.Sementara itu, kondisi kesehatan akibat klep jantung yang bocor sangat menghambat aktivitasnya sehari-hari. Pikirannya pun kemana-mana.Batinnya cemas. “Bila saya meninggal bagaimana masa depan Pierson yang masih di negeri orang dan Philbert yang sebentar lagi akan kuliah sedangkan Pauline tidak bekerja.” Beruntung, PJ mendapat dukungan dari Pauline, adik-adik dan maminya, sahabat-sahabat Lingkungan Lukas 5, dan teman-teman dari komunitas olahraga.

Operasi Pertama

Maret 2015, PJ menjalani operasi klep jantung di sebuah RS di Penang. Dokter sudah menjelaskan, setelah dibuka dada baru dapat diputuskan tindakan apa yang harus dilakukan; apakah klep jantung cukup diperbaiki atau diganti. “Keputusan dokter diperbaiki,” kenang PJ.

Berkat dukungan doa dari begitu banyak kerabat dan sahabat di Tanah Air, PJ mampu menghadapi operasi dengan tenang. Disamping Pauline, mami dan adiknya mendampingi dan mendukungnya.” Puji Tuhan! Operasi berjalan baik. Dalam lima hari, saya sudah keluar dari rumah sakit dan hari ketujuh, saya sudah dapat kembali ke Jakarta. Sungguh saya sangat bersyukur,” bebernya.

Setelah pulih operasi, Agustus 2015, PJ harus membawa sengketa bisnis ke ranah hukum.Disini mukjizat Tuhan berawal. “Legal standing saya dalam perkara ini sedianya sangat lemah.Beberapa narasumber yang andal menasihati saya untuk mundur dan mengalah,” ungkapnya.

Namun, doa PJ dan Pauline dijawab Tuhansecara berbeda. “Dengan cara yang tidak terpikir, saya dipertemukan dengan seorang pengacara junior yang kemudian menjadi awal dari penyelesaian hukum yang memihak kami.”

Sekembali dari menghadiri wisuda sarjana Pierson, sekitar empat bulan pasca operasi saat kontrol rutin ke dokter, ternyata terindikasi bahwa klep jantungPJ kembali bocor.“Dokter tidak dapat berbuat apa-apa selain menunggu minimal dua tahun lagi untuk operasi ganti klep jantung,” lanjut PJ. Sementara itu, ia hanya dibantu obat dan menyesuaikan gaya hidup agar tidak memburuk selama masa tunggu.

Februari 2016, kasus hukum selesai dan berhasil dimenangkan. Sementara keluarga sepakat agar PJ menutup divisi perkapalan.Namun, kondisi ekonomi nasional tidak menguntungkan sama sekali untuk melikuidasi armada kapalnya dalam waktu yang cepat dan dengan harga yang memadai.

Mukjizat kembali terjadi.“Dalam situasi yang hampir mustahil, aset kami terjual dengan harga yang baik dan prosesnya berjalan dengan sangat lancar.”

Operasi Kedua

Kebocoran jantung semakin mengganggu psikis dan fisik PJ. Setelah pengalaman operasi pertama,mereka sadar betapa besar biaya yang dibutuhkan untuk tindakan dan perawatan di  rumah sakit. Pauline yang selama ini menjadi tiang doa keluarga diam-diam berupaya mencari asuransi untuk memproteksi kesehatan dan jiwa sang suami. “Saat itu, saya merasa mustahil ada perusahaan asuransi yang mau menerima pengajuan polis saya setelah dada saya terbuka dan jantung saya sudah cacat,” ujar PJ.

Mukjizat Tuhan kembali terjadi. PJ menyatakan historis medis tindakan perbaikan klep jantungnyatiga tahun lalu.Ia diminta untuk melakukan medical checkup ke rumah sakit yang dirujuk. “Puji Tuhan, saya berhasil melewati semua pemeriksaan dengan hasil yang baik dengan hanyamenyebutkan kebocoran katup jantung minor.”

Akhirnya, pengajuan polis PJ disetujui terbit pada September 2017 dengan masa tunggu 30 hari dan tanpa pengecualian. “Meski kami harus membayar ekstra premiyang cukup mahal,” imbuhnya.

Januari 2017, PJ bimbang antaramembiarkan kondisi klep jantungnya yang bocor atau perlu tindakan pergantian klep mekanik,PJ berkonsultasi dan minta second opinionkepada seorang ahli bedah jantung terkenal di Singapura. “Dokter menyarankan untuk ganti klep sebelum otot-otot jantung saya rusak permanen akibat beban kerja yang berat.” PJ membawa masalah ini dalam doa, baik bersama keluarga maupun bersama sahabat-sahabat dari Lingkungan Lukas 5. “Akhirnya, dengan perasaan mantap saya putuskan untuk segera ganti klep jantung.”

Maret 2017, PJ dioperasi lagi. “Operasi berjalan lancar dan sukses walaupun sejujurnya kami dihantui oleh kekhawatiran apakah biaya operasi yang dahsyat nilainya akan diganti oleh perusahaan asuransi yang polisnya baru lima bulan kami miliki.” Keluar dari rumah sakit, PJ tinggal selama satu bulan di Singapura. “Sungguh hanya karena kemurahan Tuhan, semua biaya operasi penggantian klep yang mendekati angka 1 miliar rupiah diganti. Air mata bahagia dan haru kami tak tertahankan mengiringi pujian akan kemuliaan Tuhan.”

Belum cukup rupanya Tuhan menyatakan kemurahan-Nya.Tanpa disadari, ternyata polis yang dibayar PJ terdapat komponen Waiver Premium (WP) yang meniadakan kewajiban membayar premi apabila terkena penyakit kritis (tindakan bedah jantung terbuka termasuk salah satunya). “Saya urus klaim WP, akhirnya dapat persetujuan bebas premi. Premi  tahun kedua yang sudah sempat saya bayar dikembalikan.Perusahaan asuransi akan membayar sisa masa kewajiban premi saya sampai usia 65 tahun dengan tanpa mengurangi fasilitas proteksi kesehatan dan jiwa saya sampai usia 88 tahun.”

Titik Balik

PJ sempat marah kepada Tuhan. Awal bisnisnya dirasakan seperti berkat yang berubah menjadi kutuk. Karena bisnis itu, ia sakit. Tuhan merenggut kehadiran papinya justru pada saat ia sedang terpuruk. “Kesempatan kami untuk membahagiakan papi pun tidak lagi tersisa dan papi harus pergi selama-lamanya setelah empat tahun lebih terbaring.Belum lagi persoalan bisnis kami dan jantung saya.Aset-aset yang kami investasikan me

rugi, terjerat kasus hukum, dan membuat saya sakit. Klep yang sudah diperbaiki, ternyata bocor lagi. Rasanya semua itu seperti pengharapan palsu.”

PJ bukan seorang Katolik taat. “Tapi, saya memilik tiang doa yang setia yaitu istri saya, Pauline. Seperti kebanyakan kaum adam, saya adalah pribadi yang sangat mengandalkan logika dan kekuatan sendiri.  Hidup spiritual hambar dan hanya ritual semata.”

Pada tahun 2010, PJ mengikuti KEP angkatan XIV. “Saya jalani tanpa ada sesuatu yang mengubah cara berpikir saya. Saya tetap Katolik biasa dengan pelayanan yang sangat terbatas,” aku PJ.  Sampai pada tahun 2018, sahabatnya, David Suhardiman, mengajak PJ untuk ikut BL-KEP 4.  “Walaupun pengajaran sudah berjalan, saya tetap daftar dan ikut pertemuan ketiga.”

Saat mengikuti retret BL-KEP, PJ mendapat pengalaman spiritual. Luka batin karena merasa ditinggal pergi oleh sang ayah  pada saat ia sangat membutuhkan dapat dipulihkan. “Saya dapat mengampuni rekan bisnis yang sudah menjerumuskan saya kedalam kemelut hukum. Saya minta ampun dan mohon kekuatan Tuhan.”

PJ mendapatkan satu ayat yang menguatkan. Ia berharap bisa mengimaninya sungguh-sungguh hingga akhir hayat, Yesaya 43:4, “Karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau. Maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu”.

Ia menyadari berkat materi sudah Tuhan berikan kepadanya dengan cara yang misterius.“Itu menjadi amanah bagi saya untuk melipatgandakan dan mengembalikan kepada-Nya agar lebih banyak lagi orang yang dapat merasakan kasih-Nya.” Lily Pratikno.