LEMBAH Karmel di Desa Cikanyere, Cipanas, Jawa Barat, merupakan tempat yang tidak asing bagi mereka yang menginginkan suasana rohani yang berbeda. Lembah Karmel didirikan oleh Romo Yohanes Indrakusuma CSE pada 1988. Menempati sebidang tanah yang cukup luas di Desa Cikanyere, Cipanas. Tempat ini terletak di ketinggian 800-950 m di atas permukaan laut. Tempat yang sunyi dengan keindahan alam yang alami, sejuk, bebas polusi, yang membantu orang untuk berdoa dan berkontemplasi.

Di dalam Lembah Karmel ada dua serikat yang menjadi wadah pelayanan umat, yaitu Putri Karmel dan Carmelitae Sancti Eliae (CSE). Pelayanan umat oleh para biarawan dan biarawati di sini bertujuan untuk mengajak siapa saja melakukan pertobatan kepada Tuhan. Selain penyembuhan dengan doa dan konseling, setiap umat juga dapat mengikuti retret atau penyegaran rohani.

Banyak umat Katolik ingin memperoleh pengalaman penyembuhan dengan doa para suster dan frater yang tinggal dan berdiam di sini. Lembah Karmel merupakan tempat di mana suster dan frater sebagai pertapa dan pendoa terus menempa dirinya, selain bagi dirinya sendiri juga untuk melayani umat.

Jika kita mau mencermati jadwal berkunjung ke Lembah Karmel, setiap Minggu selalu dipadati umat Katolik baik dari gereja sekitar Jakarta, Jawa, bahkan dari berbagai penjuru Tanah Air. Tidak hanya penyembuhan dengan doa yang mereka dapatkan, juga dengan terbuka para pendoanya suster dan frater, dapat melalukan konseling bagi setiap masalah hidup yang dihadapi umat.

Seperti biara Katolik lainnya, kehidupan sehari-hari di Lembah Karmel selalu dipenuhi nuansa rohani. Didukung kesejukan udara dan keheningan alam Desa Cikanyere, Lembah Karmel menjadi sebuah oase untuk meninggalkan sejenak segala rutinitas kehidupan.

Misa yang diadakan juga memperdengarkan puji-pujian disertai tepuk tangan, adalah bentuk lain di mana tidak hanya dominan suasana tenang dan hening. Umat dapat mengekspresikan kegembiraan hatinya dengan menikmati lagu, bait demi bait. Sarat dengan nyanyian saat berlangsungnya Misa/ibadat, lagu-lagu khas Lembah Karmel bisa dirasakan saat mendengar dan bernyanyi bersama. Sangat jarang lagu-lagu ini dinyanyikan di tempat manapun. Qui bene cantat bis orat : siapa yang bernyanyi baik, ia berdoa dua kali.

Usai Misa, biasanya ada waktu bagi umat memperoleh kesempatan didoakan secara khusus oleh para pendoa yang siap mendoakan. Umat yang sudah siap untuk momen ini mengajukan diri bersama dengan orang-orang yang ingin didoakan, meminta berkat dari pastor/frater/suster untuk didoakan.

Dari pengalaman umat yang pernah mengikuti retret, salah satunya kegiatan Kursus Evangelisasi Pribadi, berupa pelaksanaan Retus (Retret Perutusan) yang diselenggarakan setiap tahun dari berbagai paroki, terutama daerah Jakarta secara silih berganti. Di setiap acara yang berhubungan dengan retret atau rekoleksi baik dari Gereja maupun komunitas untuk mendapatkan pengalaman rohani yang tidak terlupakan, Lembah Karmel menjadi pilihan utama.

Penulis pernah beberapa kali mengikuti retret saat bertugas dalam beberapa kali penyelenggaraan Retus KEP Sathora. Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda ingin memperoleh pengalaman rohani dan ingin merasakan suasana lain untuk melupakan sejenak keramaian kota Jakarta?

Berto