PHILO bangga ditunjuk sebagai wakil keluarganya dalam pertemuan Arisan Keluarga Besar Suryojoyo. Pada saat yang sama kedua orang tuanya dan Opa Ben harus menghadiri resepsi pernikahan anak tetangga mereka.
Tiba-tiba, seorang pria setengah baya mendekati Philo. Lalu, ia langsung bertanya, “Sorry ya, adik ini siapa dan siapa nama papamu? Saya, Theophilus, mungkin kita masih kerabat ya?”
Philo menerima jabatan tangannya. Jawabnya, “Nama saya, Philo, Oom. Papa saya, Robert.”
Oom Theo bertanya lagi, “Waktu SMP, papamu sekolah di mana?”
Philo berpikir sejenak, katanya, “Di Kristoforus, Oom.”
‘’Persis. Tinggalnya di Jakarta Barat, ‘kan?” tanya Theo lagi.
Philo mengiyakan.
“Papamu ‘kan tinggi? Betul? Dia itu kakak kelas saya. Dia pandai sekali, sering menjadi juara kelas.”
Pikiran Philo melambung. “Dan lagi, papamu itu mandiri banget karena sejak kecil ayahnya meninggal dunia.”
Philo tersentak, buru-buru ia menyela,
“Maaf Oom, Opa saya sekarang masih hidup.”
Wajah Theo merah merona. Katanya terbata, “Oh sorry, kalau begitu bukan Robert yang itu. Saya keliru.”
Ketika Opa Ben mendengar cerita Philo, ia menjadi geram. Jidatnya dipukulnya dua kali kalau sedang kesal.
Cetusnya, “Huh, sembarangan saja si pilus itu. Aku ini masih segar bugar, tahu?”
Melihat gelagat buruk itu, Philo sengaja mengalihkan topik pembicaraan.
“Opa, apa sih gunanya Syahadat Para Rasul yang setiap Misa wajib kita ucapkan? Seperti hafalan Pancasila saja.”
Opa Ben masuk perangkap.
Katanya, “Eh Philo, Syahadat Para Rasul disebut juga Pengakuan Iman atau Credo harus diucapkan dengan keyakinan iman, bukan Asbundo –asal bunyi doang. itu penting sekali karena mengungkapkan pernyataan pokok iman Katolik kita yang benar dan asli berasal dari para Rasul Kristus atau disebut Apostolik. Jadi jelas batasannya supaya kita tidak ragu-ragu, mantap, dan tidak bisa digoyahkan. Credo terdiri dari 12 butir rumusan dan konon setiap butir disusun masing-masing oleh seorang Rasul dengan tuntunan Roh Kudus. Intinya ialah pengakuan iman akan Trinitas atau Tritunggal Mahakudus dan puncaknya adalah kebangkitan orang mati pada akhir zaman dan ada kehidupan kekal. Nah Philo… bisa saja terjadi
kasus seperti si pilus konyol itu.”
Philo terkejut, tapi kali ini dia terlambat membelokkan karena Opanya sudah mulai berceramah.
“Si Pilus itu sudah cocok menebak banyak ciri- ciri papamu tapi karena hanya ada satu saja yang tidak cocok maka yang lain jadi tidak berarti. Kesimpulannya, kamu. bukan anak Robert yang dimaksudkannya. Nah… itu sama saja kalau menyangkal atau tidak mempercayai biarpun salah satu saja butir dari Credo, maka berarti
kita bukan Anak Allah.”
“Belum jelas Opa, apa sih yang harus dipercayai?” tanya Philo.
Jawab Opa, “Philo, kita mengakui bahwa Allah yang Mahakuasa menciptakan dunia dan segala isinya agar semua makhluk ciptaan-Nya dapat menikmati kehidupan. Allah bagai Bapa yang mencintai anak-anak-Nya.
Walaupun Yesus dilahirkan sebagai manusia tapi Ia tetap adalah Tuhan karena lahir bukan dari benih manusia yang berdosa tapi oleh kuasa Roh Kudus. Ia lahir dari rahim Bunda Maria yang telah disucikan Allah. Ke-Allah-an Yesus tampak karena Ia berkuasa atas alam, penyakit, setan, kematian, dan dosa. Puncaknya ialah ketika Ia bangkit dari kematian, naik ke Surga guna ditinggikan dan dimuliakan.Yesus sangat mengasihi umat manusia dengan pengorbanan-Nya yang sangat besar. Allah adalah kasih, maka Yesus adalah Putra. Walaupun sudah tidak tampak lagi, sebenarnya Tuhan Yesus tetap tinggal di dalam Gereja-Nya yang adalah Tubuh Mistik-Nya. Dia hadir melalui Sabda-Nya, Sakramen-Sakramen, di antaranya Sakramen Pengampunan Dosa melalui Paus, para uskup dan imam oleh kuasa Roh Kudus. Gereja adalah kudus karena berasal dari Allah yang kudus dan telah dikuduskan oleh sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.”
“Mm… Opa. Lebih-lebih kalau tempatnya di kota Kudus ya?” celetuk Philo.
“Ah kamu… Gereja juga merupakan kesatuan iman akan Allah Tritunggal, satu tradisi, satu pembaptisan, satu ajaran warisan para Rasul atau Apostolik serta yang menyatukan umat dalam Perayaan Ekaristi. Gereja Katolik juga menyatukan seluruh bangsa, ras, budaya, tempat, dan zaman dalam liturgi yang sama di bawah pimpinan seorang Paus. Jadi, sifatnya universal atau Katolik.
Orang- orang percaya yang telah meninggal dan telah dikuduskan masih merupakan anggota Tubuh Mistik Kristus. Karena itu terjalin Persekutuan Para Kudus.
Tuhan Yesus berkali-kali mengatakan akan ada Kebangkitan Badan pada akhir zaman dan Ia akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Maka, kehidupan dan kematian milik Tuhan.
Philo, Credo adalah ikrar bersama sebagai tanda bahwa kita adalah anak-anak Allah. Maka, Credo itu harga mati, tidak bisa ditawar-tawar. Semuanya benar. Tidak boleh menyangkal walau satu butirpun.
Eh Philo, ngomong-ngomong apa tandanya kamu ini cucu Opa?”
Tanpa berpikir lama, Philo memukul jidatnya sendiri dua kali sambil kabur.
Opa Ben cuma bisa terbahak-bahak.
Ekatanaya