IBU: “Nak, makan dulu sana!”

Anak: “Sudah, Bu. Tadi sama teman-teman sudah makan pizza  dan bakmi.”

Ibu: “Tapi, kamu belum makan nasi ‘kan? Jadi, sana makan dulu!”

 

Latar Belakang

Begitulah kita, orang Indonesia, yang memiliki kebiasaan makan nasi sehingga jika belum makan nasi terasa belum makan. Bahkan pada beberapa kesempatan kita biasa makan nasi dengan lauk mi, bihun, dan bahan tepung lainnya. Karbohidrat diperlukan tubuh sebagai sumber energi utama. Jika berlebih maka akan diubah oleh tubuh menjadi lemak sebagai cadangan energi. Kegemukan adalah salah satu akibatnya.

Selain itu, risiko kematian juga meningkat bagi orang dengan diet tinggi karbohidrat. Maka, orang mulai mengurangi karbohidrat sebagai cara untuk menurunkan berat badan. Kemudian karbohidrat diganti dengan protein dan lemak agar tetap memberi rasa kenyang.Tapi, tepatkah cara diet seperti ini?

Penelitian Terbaru

Sebuah penelitian yang diluncurkan dalam majalah kedokteran The Lancet per 16 Agustus 2018 menjelaskan bagaimana hubungan diet tinggi karbohidrat dan rendah karbohidrat dengan risiko kematian serta bagaimana diet terbaik untuk menekannya.

Hasil penelitian yang ditulis oleh Sara B. Seidelmann dan kawan-kawan ini merupakan sebuah meta analysis yang melibatkan sangat banyak sampel serta dalam kurun waktu yang lama. Meta analysis merupakan penelitian statistik yang memiliki tingkat keabsahan tertinggi di dunia kedokteran.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini cukup mengejutkan. Kita semua sudah memahami bahwa diet tinggi karbohidrat akan menyebabkan kegemukan yang kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke yang pada akhirnya mengakibatkan kematian. Maka, kita mengurangi asupan karbohidrat dan menggantinya terutama dengan protein seperti daging, telur, dan ikan dengan tujuan menurunkan berat badan.

Diet rendah karbohidrat memang menunjukkan hasil yang bagus untuk jangka pendek, yaitu penurunan berat badan yang signifikan.Tetapi, ternyata dalam penelitian ini tampak bahwa diet rendah karbohidrat untuk jangka panjang akan meningkatkan risiko kematian, bahkan lebih tinggi dari diet tinggi karbohidrat.

Dalam gambar tampak bahwa komposisi diet karbohidrat sekitar 50% memiliki risiko kematian yang terendah. Risiko kematian meningkat jika konsumsi karbohidrat di bawah 40% dan di atas 70%.

 

Harus Bagaimana?

Dalam tulisan ini, Saya dan tim menyarankan untuk mengganti karbohidrat bukan dengan protein dan lemak hewani seperti daging dan produk hewan lainnya. Tetapi, dengan protein dan lemak nabati. Disarankan untuk mengonsumsi biji-bijian, sayuran, kacang, dan roti gandum.

Mardi

Sumber:

  1. http://news.cornell.edu/stories/1996/01/cornell-scientists-help-develop-asian-diet-pyramid
  2. Sara B. Seidelmann, et al; Dietary carbohydrate intake and mortality: a prospective cohort and meta-analysis;The Lancet; August 16; 2018