Lahir : Gombong, 01 November 1983

Ditahbiskan : St. Arnoldus – Bekasi,  22 Agustus 2013

Karya di Paroki Sathora : 2016 – 2018

“Pemarah, tukang berantem, dan seterusnya… aduhhh.., daftar negatifnya panjang sekali !” demikian pikiran para Romo Pembimbing di  Seminari Mertoyudan, ketika membaca Correctio Fraterna seminaris bernama Paulus Dwi Hardianto atau biasa dipanggil Anto. (Correctio Fraterna : kritikan yang bertujuan memperbaiki kekurangan seseorang – red)

Namun kemudian, ada satu poin tertulis  Murah Hati, dalam daftar tersebut.  Maka, selamatlah Anto dari ancaman akan dikeluarkan dari seminari.

Orang yang menuliskan kata “Murah Hati”   itu adalah Rm. Kurnia (waktu itu masih seminaris pula),  yang dicucikan pakaiannya oleh Fr. Anto karena  sedang sakit sehingga tak bisa mencuci bajunya sendiri. Paulus Dwi Hardianto dahulu adalah seorang anak yang bukan main bandelnya. Sehari-hari sering nongkrong dengan anak-anak geng di Bekasi. Bahkan ia cukup sering melihat (namun tidak ikut memakai) obat-obatan terlarang yang dikonsumsi teman-temannya. Kenakalannya ini membuat orangtuanya sering sekali memarahinya, dan menjadi salah satu pendorong Anto memilih masuk asrama di seminari.

Sebagaimana anak laki-laki pada umumnya, ia dulu bercita-cita ingin menjadi pilot atau insinyur.  Akan tetapi, pada suatu hari ia seperti “ditantang” oleh seorang artis kondang di jaman itu, bernama Ateng. Ateng berkata, “ada empat ratus ribu lebih umat Katolik disini, tetapi imamnya hanya  tiga puluhan. Sedikit sekali ‘kan? Nah,  beranikah kamu  sebagai anak laki-laki membantu gereja?” Wah! Ditantang begitu, Anto langsung menjawab iya. Sebenarnya, inilah cara Tuhan menyelamatkan Anto dari  pergaulan yang membahayakan  dirinya itu. Beberapa teman Anto meninggal dunia karena over dosis menenggak obat terlarang.

Sifat pemarah dan hobi berkelahi tidak serta merta lenyap begitu ia masuk di seminari. Kelakuan buruknya itu sudah menggiring benak para pembimbingnya untuk mengeluarkan Anto. Untunglah, kata “Murah Hati” dari teman seminarisnya, Kurnia, membuat para Romo pengajar menemukan hal positif yang dapat dipertahankan sehingga Anto akhirnya lulus seminari dan ditahbiskan menjadi seorang Imam hingga sekarang.

Rm. Anto ditahbiskan di gereja parokinya sendiri, yaitu gereja St. Arnoldus – Bekasi, tanggal 22 Agustus 2013.  Kemudian ia ditugaskan oleh Uskup Mgr. Suharyo ke Paroki Ciputat, sebagai tempat  pertama ia berkarya.

Setelah 4 bulan di Ciputat, Rm. Anto dipindahkan ke Paroki St. Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani Papua. Kemudian, ia pindah ke paroki St. Thomas Rasul, Bojong Indah. Ia berkarya di paroki ini mulai April 2016, membantu Rm. Herman sebagai Ketua Paroki,  menjadi pendamping OMK Sathora, serta banyak lagi  komunitas yang ada di Sathora ini yang digembalakannya.

Rupanya para siswa di Seminari Wacana Bakti dan KOMSOS Kepemudaan di KAJ  juga membutuhkan bimbingannya. Oleh karena itu, terhitung tanggal 1 Agustus 2018, RD. Paulus Dwi Haryanto dipindah tugaskan ke kedua tempat itu. Pengalaman tinggal di paroki St. Thomas Rasul selama dua tahun lebih, meninggalkan banyak kenangan bagi Rm. Anto dan tentunya sekaligus dapat menjadi bekal untuk berkarya di tempat yang baru.

Selamat bekerja, Rm. Anto! Sukses selalu karena Tuhan pasti memberkati para gembala pilihan-Nya.