Jika kita menanyakan kepada orang apa arti kata “beruntung”, kebanyakan dari mereka akan mendefinisikan kata beruntung itu sebagai suatu fenomena atau kejadian yang istimewa yang hanya bisa dirasakan oleh mereka sendiri dan tidak dirasakan oleh orang lain.

Sebagai contoh, ketika seseorang menemukan secarik uang kertas bernilai lima puluh ribu rupiah ketika ia sedang berjalan. Maka, bisa dikatakan dia sedang beruntung karena hanya dia yang mendapatkan uang itu sedangkan orang lain tidak.

Padahal jika kita telaah lebih cermat, Tuhan memang menuntun orang itu untuk mengambil rezeki yang memang untuk orang itu. Namun karena kejadian tersebut dianggap langka dan istimewa bagi orang itu, maka dia menganggap dirinya sedang beruntung.

Pada intinya, ketika manusia dapat menyadari bahwa ia memperoleh sesuatu yang belum tentu didapatkan oleh orang lain maka dia dapat dikatakan beruntung.

Pada kenyataannya, setiap manusia dapat menganggap diri mereka beruntung setiap saat. Mereka tidak harus menunggu kejadian langka atau mendapat rezeki dalam jumlah besar untuk menyebut mereka beruntung.

Sebagai contoh, orang-orang Indonesia dapat dikatakan sebagai orang-orang yang beruntung karena mereka dapat merasakan hangatnya sinar matahari sepanjang tahun dibandingkan dengan orang Rusia yang jarang sekali mendapatkan sinar matahari dalam setahun.

Begitu pun sebaliknya, orang-orang di Rusia dapat pula dikatakan sebagai orang-orang yang beruntung karena dapat melihat dan merasakan salju hampir di sepanjang tahun daripada orang Indonesia yang tidak pernah melihat salju di sepanjang hidup mereka karena tinggal di daerah tropis.

Dari contoh diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa keberuntungan sangat tergantung pada perspektif seseorang atau suatu kelompok terhadap suatu kejadian atau fenomena.

Dan kata kunci dari keberuntungan adalah rasa syukur.

Ketika kita bersyukur, kita akan merasa beruntung karena kita mendapatkan sesuatu yang mungkin tidak didapatkan oleh orang lain.

Tentunya sangatlah mudah untuk merasa beruntung ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, namun apakah kita masih bisa merasa beruntung ketika kita mendapatkan apa yang tidak kita inginkan?

Berita baiknya, jawabannya adalah masih bisa. Jika kita terus hikmah apa yang bisa kita ambil dari kejadian yang tidak mengenakkan tersebut.

Sesuatu yang tidak kita inginkan atau bahasa jepangnya (jelas dan gampang) musibah atau kesialan yang kita dapatkan bisa menjadi batu loncatan atau berkat terselubung (blessing in disguise) bagi kita untuk meraih masa depan kita yang lebih baik.

Sebagai contoh, seseorang tengah mencoba membuka usaha penjualan pakaian di dekat tempat ia tinggal. Namun tak berapa lama kemudian, ia mengalami kebangkrutan karena ia mengalami berbagai kendala dalam menjalankan bisnisnya. Apakah bisa dikatakan bahwa kebangkrutan itu merupakan musibah bagi orang tersebut? Jawabannya bisa iya dan tidak.

Iya karena kita berpikir bahwa semua usaha yang telah dilakukan oleh orang itu terbuang sia-sia, dan berbagai kendala yang muncul merupakan bagian dari kesialan orang tersebut.

Tidak karena kita tidak langsung menghakimi kejadian tersebut sebagai hal yang negatif. Kita menelaah kembali apa yang salah dari kebangkrutan tersebut. Kita jadikan itu sebagai pengalaman berharga untuk menjadi bekal untuk masa depan.

Maka kita bisa mengatakan bahwa kebangkrutan tersebut adalah sebuah keberuntungan buat kita karena kita mendapatkan pengalaman berharga dari kebangkrutan itu.

Kesimpulannya, jika kita ingin selalu menjadi orang yang beruntung, penuhilah hidup kita dengan rasa syukur dan pikiran positif. Maka kita akan selalu merasa beruntung selama hidup kita karena kita selalu dapat mengambil sisi baik dari segala peristiwa yang kita alami dan selalu berpikir positif.

Penulis: Albert Santoso