Jika kita ditanya jika kita dapat memilih kita mau dilahirkan dalam keadaan seperti apa, dapat dipastikan kita akan menjawab bahwa kita mau dilahirkan dalam keluarga kaya, lahir dengan wajah yang rupawan, dan berbagai hal positif lainnya. Namun jika semua terjadi, apa yang akan terjadi pada dunia ini?

Tentu jika semua orang di muka bumi ini kaya raya, tidak ada rasa ingin membantu orang lain. Semua orang akan merasa cukup, dan mereka tidak mau bekerja untuk membantu orang lain. Jadinya, tidak akan ada orang yang mau menanam bahan pangan untuk dimakan, tidak akan ada orang yang mau membuat barang atau produk untuk digunakan oleh orang lain. Pada akhirnya semua orang di dunia ini akan musnah karena tidak ada yang mau bekerja dan beraktivitas.

Seringkali kita berpikir bahwa jika kita melihat wajah seseorang itu ganteng atau cantik, maka orang lain pun akan berpendapat demikian. Namun pada kenyataannya penilaian manusia itu cenderung subjektif dan bias sehingga tidak dapat disamaratakan. Bayangkan sekarang semua orang yang lahir di dunia ini memiliki wajah cantik dan ganteng. Mereka tidak akan dapat menghargai kelebihan yang mereka miliki karena mereka akan menganggap wajah mereka biasa saja. Selain itu, tidak akan ada inovasi-inovasi perawatan kulit serta kosmetik yang dapat memperkerjakan puluhan juta orang. Pada akhirnya, semua orang di muka bumi ini akan terlihat membosankan.

Dari kedua ilustrasi diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa apa yang dipikirkan manusia adalah sesuatu yang baik, belum tentu benar-benar baik bagi mereka sendiri. Karena apa? Karena manusia adalah makhluk yang memiliki keterbatasan. Dan manusia melihat segala sesuatu di dunia ini dengan keterbatasan mereka.

Sedangkan Tuhan adalah entitas yang tak terbatas. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini ia yang ciptakan. Pemikiran serta pandangan Tuhan juga adalah pemikiran dan pandangan yang tak terbatas.

Oleh karena itu, segala sesuatu yang telah ditetapkan baik oleh Tuhan sering disalahartikan oleh manusia sebagai sesuatu yang tidak baik.

Sebagai contoh, jika seseorang memiliki anggota kerabat atau anggota keluarga yang mengalami sakit yang parah, tentu orang itu akan berdoa dan berusaha semaksimal mungkin agar anggota kerabat atau keluarga yang sakit itu dapat kembali pulih seperti biasanya. Namun keadaannya malah memburuk dan anggota keluarga yang sakit tersebut malah meninggal dunia.

Jika kita berpikir sempit atau menurut ego kita saja, pastilah kita berpikir bahwa Tuhan bertindak sangat kejam dan tidak berperasaan apalagi jika kita menganggap bahwa anggota keluarganya yang sakit tersebut adalah orang baik dan suka berbuat baik kepada orang lain.

Namun pemikiran Tuhan berbeda dengan pemikiran manusia. Dengan dipanggilnya anggota keluarga yang dikasihi itu ke rumah Bapa, Tuhan mempersingkat penderitaan orang yang sakit tersebut dan membuat orang-orang yang ditinggalkan menjadi lebih dewasa, lebih berbesar hati, serta lebih ikhlas dalam menerima kehendak Tuhan.

Menerima kehendak Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah. Terkadang hal itu seperti menelan pil pahit ke dalam kerongkongan kita. Tapi percayalah pil pahit tersebut adalah obat yang manjur untuk mengobati penyakit dalam diri kita.

Pada akhir tulisan saya saya mau mengutip tanggapan Bunda Maria ketika ia diberi kabar oleh Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus pada injil Lukas bab 1 ayat 38: “Aku ini Hamba Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataanMu.”

Pernyataan Maria ini menunjukkan rasa berserah Bunda Maria yang utuh kepada Tuhan. Meskipun ia tahu bahwa ia akan menerima resiko dan konsekuensi yang besar atas pernyataannya itu, ia tetap berserah dan percaya bahwa kehendak Tuhanlah yang terbaik.

Kita juga seharusnya belajar dari Bunda Maria tentang berserah diri dan percaya pada Tuhan seutuhnya. Kita seharusnya sadar bahwa kita hanyalah makhluk ciptaan dan Tuhanlah pencipta kita. Jadi kita harus percaya bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi semua ciptaanNya, Amin.

Penulis: Albert Santoso