Seorang jurnalis dan mantan seminaris Trias Kuncahyono sedang mempersiapkan diri untuk memulai pelayanannya setelah ia ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo, sosok pembaca dan pengagumnya. Dia selalu sangat mendukung kebutuhan politik terhadap masyarakat sipil mengenai kebaikan-kebaikan umum yang dibagikan kepada semua warga negara.

Jakarta (AsiaNews) – Jurnalis Trias Kuncahyono sedang bersiap untuk memulai secara resmi tugasnya sebagai duta besar Indonesia untuk Tahta Suci. Dalam beberapa hari berikutnya ia akan pergi ke Roma untuk menyampaikan suratnya dengan mandat presiden kepada Bapak Paus Fransiskus, memulai pengalaman diplomatik pertamanya di luar negeri.

Trias adalah seorang figur otoritatif dari warga sipil Katolik Indonesia dan kolumnis dari majalah mingguan “Kredensial”. Untuk  ini, Presiden Joko Widodo, sebagai pembacanya – memilih dirinya sebagai duta besar Indonesia untuk Tahta Suci yang baru.

Kuncahyono baru memegang jabatan ini beberapa tahun yang lalu. Namun demikian, penunjukkan dirinya telah ditahan selama masa “pengesahan” terakhir karena adanya ketegangan politik internal diantara negara-negara Asia Tenggara.

Untuk ini, dia mengatakan bahwa ia merasa senang mendapatkan jabatan ini: “Saya tidak pernah berpikir bahwa suatu hari saya akan terpilih sebagai figur bermartabat tinggi dalam sebuah misi diplomatik luar negeri.” kata Trias, ketika dia mengingat bagaimana ayahnya yang selalu menasehatinya agar tidak terlalu ambisius.

“Beberapa bulan yang lalu – dia menambahkan – saya diberitahu secara resmi oleh Presiden Joko Widodo sendiri yang menginginkan saya menjadi duta besar untuk Tahta Suci diantara banyak orang Indonesia yang menginginkan jabatan ini.” Cara yang dideskripsikan oleh Kuncahyono sebagai bagaimana kekuatan politik seharusnya membimbing masyarakat sipil menuju sebuah kebaikan bersama bagi seluruh masyarakat.

Lahir di Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Trias Kuncahyono masuk ke Seminari Mertoyudan pada tahun 1974. Dia kemudian belajar ilmu politik di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Ia memulai karir jurnalismenya pertama kali di Suara Karya dan lalu di Harian Kompas selama lebih dari tiga dekade – dimana dia menjabat sebagai kepala editor, sering meliput daerah Timur Tengah – sampai dia mengundurkan diri ketika mencapai usia pensiun.

Perlu dua hari bagi Paus Fransiskus untuk menyetujuinya. Yang pasti keluarga dan latar belakang Kuncahyono yang pernah menjadi siswa seminari juga menjadi bahan pertimbangan. Ditambah lagi, pamannya uskup Emeritus dari Keuskupan Ketapang di Kalimantan Barat, Monsinyur Blasius Pujaraharja. Sementara bibinya Suster Yosepha SPM adalah bagian dari Kongregasi Santa Perawan Maria dari Amersfroot.

Banyak ucapan selamat kepada Trias Kuncahyono atas pengalaman barunya, dimulai dari teman-teman sekolah seminarinya yang dulu: “Kamu akan menjadi pembawa pesan dari gereja Katolik Indonesia dan pluralismenya.”

Penulis: Mathias Hariyadi

Penterjemah: Albert Santoso

Sumber: Pime Asia News