Panti jompo itu terletak jauh di pinggiran kota Bekasi, tepatnya di Duren Jaya. Penghuninya para lansia yang kebanyakan dari golongan ekonomi lemah, karena itu jarang dikunjungi orang.
Tergerak oleh rasa kasih persaudaraan dan didorong oleh semangat melayani, anggota KEP 23 Sathora, kelompok 1,9 dan 10 sebanyak 18 orang, pada tanggal 21 Juli 2019, berkunjung ke panti jompo “Kasih Sayang.”
Ibu pemilik panti, Yati, dengan 5 orang relawan serta 15 orang Oma dan 5 orang Opa, dengan hangat penuh sukacita menyambut kedatangan rombongan.
Setelah menyerahkan tanda kasih berupa sembako, makanan, snack, buah-buahan, pakaian dan pampers, para penghuni panti dengan antusias mengikuti acara demi acara. Menyanyi, menari dan sharing iman kasih Yesus. Padahal ada empat orang Opa dalam kondisi memprihatinkan, namun.punya semangat hidup tinggi.
Panti “Kasih Sayang” didirikan pada tahun 1990 atas prakarsa Yati sendiri. Terketuk oleh rasa kemanusiaan yang tinggi, serta meneladani sifat keibuan Bunda Maria, Yati bagai seorang ibu ingin merawat dan melayani “bayi dewasa.”
Merupakan sukacita bagi Yati diberi kesempatan untuk menolong mereka yang kekurangan, tak berdaya serta lansia yang butuh tempat tinggal .
Dukanya, apabila ada yang berpisah karena dipanggil Sang Pencipta.
Para lansia itu sedemikian sepuh dan sakit-sakitan sehingga tak dapat berkarya lagi. Jelas tak dapat diharapkan akan mendatangkan pemasukan bagi biaya panti.
Puji Tuhan, Tuhan memberi berkat melalui hasil pendapatan dari tiga buah rumah kontrakan Yati, juga dari donatur tetap, yaitu gereja St.Arnoldus, Bekasi, serta amal kasih dari donatur tak tetap, diantaranya Sekolah Tarakanita, gereja Kristen, ibu-ibu PKK setempat, dan dari antar teman.
Kedatangan prodiakon St. Arnoldus untuk Ibadat Sabda membagikan Tubuh Kristus melengkapi kebahagiaan mereka. Lalu disusul dengan santap siang bersama serta ramah tamah.
Sebelum berpisah, rombongan KEP Sathora menyerahkan tanda bakti berupa Goody Bag.
Sungguh-sungguh merupakan peristiwa yang berkesan dan tak terlupakan bagi mereka semua.
Benediktus Lukman.