“Pesta nama bukanlah sekedar perayaan liturgis dan romantika belaka. Melainkan hendaknya kita sebagai umat yang bernaung di bawah nama Santo Thomas ini juga melebur dan memahami penderitaan orang-orang di sekitar paroki.”

Demikian inti pesan Misa Triduum hari kedua yang dipimpin oleh RD. Hadi Suryono, Kamis 27 Juni 2019 pukul 19.00 WIB.

Dalam misa ini, Rm. Hadi bercerita sekilas tentang sejarah berdirinya gereja Santo Thomas Rasul, yang
selesai dibangun dan diresmikan tahun 1992 oleh almarhum Uskup Leo Sukoto, Uskup Agung Jakarta pada waktu itu.

Mengapa nama St.Thomas Rasul yang dipilih sebagai nama gereja di Bojong ini?

Ada banyak hal yang patut dicontoh dari sifat Thomas, antara lain adalah sifatnya yang tidak mudah percaya. Ia tidak mau langsung percaya bahwa Yesus benar-benar telah bangkit, sebelum ia memasukkan jarinya sendiri ke dalam luka di lambung Yesus. Hanya Thomaslah yang berani berbuat demikian.

Thomas berani mengambil sikap itu karena berarti ia masuk dan menghayati penderitaan Yesus, yaitu penderitaan dunia.

Dengan sikapnya yang seperti itu, Rm. Hadi berharap umat paroki St. Thomas Rasul berani mengambil sikap untuk berbaur dan masuk ke dalam penderitaan dunia, meneladan sifat Thomas.

Ada contoh yang baik yang sudah dilakukan oleh umat Sathora, antara lain dengan adanya Panti Asuhan di sekitar gereja.

Juga Program Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK) yang pertama kali dicetuskan di paroki St.Thomas Rasul. Ini adalah bukti nyata memberikan perhatian bagi mereka yang mengalami penderitaan.

Setelah khotbah berakhir, misa berjalan seperti biasa.    (Samaria Purba)