SELAYAKNYA pernikahan menjadi momen sekali seumur hidup. Momen yang paling mendebarkan dan sakral bagi dua insan yang dipersatukan Tuhan dalam cinta dan komitmen, dalam suka dan duka, dalam susah dan senang.

The Bride….

Like a fairy tale princess in satin and lace,

She is the lovely perfection of beauty and grace,

In her eyes and her smile there is a dream meant for two,

And her heart holds for ONE MAN,

The promise, “ I do.”

 The Groom….

Filled with the wonder that glows in his face,

He offers his strong and protective embrace,

Proud in the moment his dream will come true,

When he says to ONE WOMAN,

The promise, “ I do.”

(Unknown)

 

Betapa agung dan indahnya cinta yang penuh tanggung jawab, yang diikrarkan bersama. Ketika seseorang merasa dicintai akan menimbulkan kekuatan. Sementara ketika seseorang sedang jatuh, cinta dapat menimbulkan keberanian.

Namun, ketika melihat perkembangan dunia masa kini; apakah cinta bak Romeo dan Juliet masih relevan? Angka perceraian semakin tinggi dan penyebab paling banyak adalah kasus perselingkuhan.

Gereja Katolik tidak menyetujui perceraian. Gereja juga tidak tinggal diam, khususnya di Keuskupan Agung Jakarta. Gereja selalu berupaya melestarikan ikatan yang sudah dipersatukan oleh Tuhan.

Komisi Kerasulan Keluarga ( KomKK–KAJ ), dengan Romo Alexander Erwin Santoso, MSF selaku ketua komisi beserta timnya, berupaya membantu keluarga-keluarga Katolik untuk mempersiapkan diri, agar tetap setia menjalani komitmen cinta dan buah cinta mereka.

Romo Erwin diutus oleh kongregasinya, Misionaris Keluarga Kudus (Missionariorum a Sacra Familia), mempersiapkan diri mengikuti pendidikan dari pertengahan tahun 2008 hingga akhir 2010, menimba ilmu psikologi dan konseling di De La Salle University in Manila, Philippines.

Kini, Romo Erwin beserta tim melakukan misinya dengan mengadakan banyak kegiatan dan konseling bagi pasangan yang sudah serius berpacaran di dalam program Discovery, di mana pasangan yang sudah mulai serius,  bisa belajar saling membuka diri menjajaki pribadi pasangannya dengan lebih baik, menyamakan visi misi sebelum memutuskan untuk lanjut ke jenjang pernikahan. Jadwal Discovery tidak tetap, tergantung permintaan setiap paroki.

Setelah itu, sebelum melangsungkan pernikahan, pasangan diharuskan mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan  (KPP) di parokinya. Romo Erwin bersama tim telah memperbarui materi kursus menjadi workshop yang mencakup lebih banyak materi daripada bentuk kursus dengan waktu terbatas.

Kemudian KPP diganti menjadi Membangun Rumah Tangga (MRT), yang mulai berlaku sejak tahun 2017. Program workshop dilakukan atas permintaan setiap paroki. Para peserta akan mendapatkan buku pegangan dengan foto masing-masing, yang berfungsi sebagai buku absensi dan kenangan.

Bagi yang telah menikah dan punya anak, komisi ini sudah memulai program Kursus Orangtua Katolik  (KOntaK), sejak Juni 2015 materi programnya diperbarui dan berganti nama menjadi Menjadi Orangtua Katolik  (MOKa). Agar ketika menjadi orang tua pun dapat bersikap arif, bijaksana, dan sadar akan perannya. Sebab, dalam membesarkan anak-anak buah perkawinan, dari lahir lalu mandiri hingga anak-anak mulai menikah, peran orang tua tetap tak tergantikan.

Perceraian dan perkawinan yang bermasalah apalagi ada KDRT, akan menyebabkan anak-anak  tumbuh menjadi pribadi yang kurang lengkap. Mereka tidak menyaksikan panutan bagaimana kehidupan berkeluarga, baik sikap mesra papa dan mamanya, bagaimana ketika mereka berantem, bagaimana mereka menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.

Untuk perkembangan emosi dan psikis anak, figur ayah dan figur ibu sama pentingnya. Hal ini yang akan menjadi bekal dan pembelajaran saat anak-anak akan membangun keluarganya sendiri kelak.

Sekarang, Romo Erwin didampingi delapan anggota tetap, dengan lima konselor, memberdayakan kira-kira 123 terapis dan psikolog dari beberapa paroki yang sudah mendaftarkan diri.

Semua kegiatan KomKK dapat dilihat melalui web.Komkk.wordpress.comdan Hubungi : 021-351.9193 KomKK counseling apabila butuh keterangan lebih lanjut.

“Sangat penting untuk mengikuti program persiapan untuk menikah, jangan menganggap enteng. Dengan mengikuti persiapan-persiapan diri dengan lebih matang dari kedua pasangan, sangat membantu dalam perjalanan hidup perkawinan kedepannya. Bukan hanya urusan surat menyurat atau legalitas saja, “ pesan romo.

Sosok romo Erwin yang ramah dan senang bercanda dan punya suara indah ini berbagi cerita, ketika ada seorang pria yang akan menikah namun tinggal di kota lain dimana weekend pun dia harus bekerja dan harus mengikuti workshop persiapan menikah di paroki calon pasangan wanitanya. Meminta bantuan romo, tapi pada saat datang ke ruangan romo belum dibantu sudah mengeluh mengenai sulitnya tata peraturan gereja Katolik, dan mengatakan akan lebih baik pindah agama saja kalau begitu. Padahal maksud m membuat peraturan seperti itu karena selalu membela pihak yang dianggap lebih lemah ( pihak perempuan ), sekaligus bisa untuk menguji kesungguhan hati pasangannya.

Saya jadi teringat pesan mama saya, bahwa bila seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, gunungpun akan didaki, lautpun akan diseberangi. Begitu kira-kira untuk menguji kesungguhan hati para pria.Hal yang sama untuk para wanita, kunci terjadinya sebuah perselingkuhan ada pada wanita, ketika wanita itu setia dan teguh dalam imannya, maka perselingkuhan tidak akan terjadi.

Semoga masih banyak pria dan wanita yang seperti ini.

Cinta dan kebersamaan itu perlu dipupuk, ada banyak kegiatan di gereja katolik yang diadakan antara lain Marriage Encounter atau ret-ret Keluarga Kudus Nazaret ( KKN ) misalnya. Dan masih banyak lagi yang diadakan disetiap lingkungan paroki masing-masing.

Sebuah perkawinan akan bahagia apabila seorang suami merasa dikagumi oleh istrinya, dan seorang istri yang merasa dipuja oleh suaminya dengan cinta. Oleh sebab itu jatuh cintalah berkali-kali dengan pasanganmu.

Bagi pasutri yang mempunyai panggilan untuk melayani dalam membantu KomKK tapi pengajuan diri harus melalui paroki masing- masing, dapat mengikuti tahapan pelatihan ini, KPK ( Kursus Pastoral Keluarga ), lalu ke tahap berikutnya PDPK ( Pelatihan Dasar Pemerhati Keluarga ) sebagai kelanjutannya. Kemudian PAKEL ( Peningkatan Keterampilan Pemerhati Keluarga ) pelatihan yang memberikan informasi lebih dalam mengenai cara pendampingan psikologis pada keluarga baik dalam kondisi umum maupun dalam kondisi khusus.

….Kamu tidak bisa memilih di dalam keluarga seperti apa kamu dilahirkan, tetapi kamu bisa memilih keluarga seperti apa yang akan kamu bentuk.

(Venda )