“HAI, kami sedang membuat rantai 1.000 doa untuk mereka yang menderita kanker. Doakan satu kali saja, lalu teruskan ke sepuluh orang kecuali saya. Tolong beritahu saya kalau Anda tidak bisa melakukan ini, supaya rantai doanya tidak terputus.

Bapa Surgawi, kami menyerahkan semua orang yang menderita karena kanker ke dalam tangan-Mu. Sentuhlah mereka dan beri kesembuhan dan kesehatan kepada mereka. Kami memohon dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan perantara kami. Amin. Mohon diteruskan”.

Akhirnya, ada sebuah doa berantai yang tidak pakai embel-embel kutuk dan berkat pada akhir doa. Itu loh, yang intinya akan mendapatkan kesialan kalau kita mengabaikan doa itu bahkan berani menghapusnya. Dan akan mendapatkan berkat melimpah dalam sekian hari ke depan jika kita memilih meneruskan doa itu kepada orang lain. Tahu ‘kan?

Entah, yak. Kurasa Tuhan nggak seperti itu. Aku bukan Tuhan, jelas. Aku nggak mengerti dengan pasti bagaimana jalan pikiran Tuhan. Tapi, aku nggak merasa Tuhan akan memberikan kutuk atau berkat kepada kita hanya gegara chat doa berantai. Lebih dari itu, sejujurnya, aku merasa bahwa mungkin si pengirim doa nggak ingin doanya diabaikan oleh banyak orang karena dia sangat membutuhkan dukungan doa pada saat dia membuat doa berantai itu.

Intensinya pun sebagian besar juga untuk banyak orang. Mulai dari kesembuhan hingga keamanan negara. Tidak jarang intensi doanya adalah memohon kerahiman Allah.

Kalau dilihat dari sisi ini, aku bisa mengerti. Doa, bagaimanapun juga adalah sebuah dukungan yang paling mudah untuk diberikan dan diterima. Tidak mahal, tidak perlu dibungkus dengan apa pun, tidak merugikan siapapun, dan tidak merepotkan siapapun. Tapi sayangnya, sudah menjadi rahasia umum kalau kita lebih suka mengabaikan chat doa berantai yang masuk ke ponsel kita. Semenit baca chat doa berantai tuh rasanya kayak buang waktu banget. Nggak penting. Nggak berhubungan juga sama hidup kita secara langsung. Masa bodo, itu urusan orang lain. Dan berbagai sikap apatis lainnya. Padahal Tuhan pernah bilang, di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Tuhan hadir. Artinya, di mana ada dua atau tiga orang berdoa dalam nama-Nya, Tuhan mendengarkan intensi doa kita.

Well, di sini aku punya pengalaman pribadi. Dalam masa-masa sulitku, aku beberapa kali meminta tolong kepada beberapa orang untuk mendoakanku secara pribadi. Aku tidak tahu apakah mereka sungguh-sungguh mendoakanku atau tidak. Tapi aku percaya, begitu mereka membaca chat-ku, sebenarnya mereka juga telah mendoakanku melalui chat yang mereka baca. Hasilnya? Luar biasa! Keadaan sulit yang aku hadapi nggak serta-merta berubah menjadi lebih baik. Aku tetap harus menghadapinya. Hanya saja, aku menghadapinya dengan sesuatu yang ‘baru’. Entah itu semangat baru, pemikiran baru, sudut pandang baru, pemahaman baru, kesanggupan baru, kekuatan baru, dan hal baru lainnya yang hanya bisa aku rasakan tapi nggak bisa aku perlihatkan.

Aku memilih untuk menghapus bagian kutuk dan berkatnya sebelum aku mendoakan intensi doa itu secara pribadi. Tuhan tidak perlu mengemis kepada siapapun agar ada orang yang mau berdoa kepada-Nya. Kutuk dan berkat adalah misteri Tuhan, Sang Hakim yang Adil. Tapi, sebuah doa yang diteruskan secara berantai adalah bentuk dukungan kita bagi siapapun yang mengirimnya pertama kali. Dan kurasa, ini poin utamanya. Tidak perlu meneruskannya kalau kita tidak ingin. Tapi, paling tidak, bacalah walau hanya semenit. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Tapi, kita bisa cukup yakin, bahwa Tuhan mendengar kesungguhan hati kita saat kita membaca doa berantai via chat. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Tuhan hadir.

Ovlicht