BAKAT menulis Gabriel Fabiano, yang biasa dipanggil Ian, mulai terlihat sejak ia duduk di kelas 3 SD. Putra kedua pasutri Seno Hardijanto Purnomo dan Leny Marcelina mengawali karya tulisnya dalam bentuk fabel, cerita tentang hewan. Kemampuan menulisnya bertambah setelah ia mengikuti one day writing workshop di bangku kelas 5 SD. Kemudian dilanjutkan dengan writing camp pada liburan kenaikan kelas 6 SD.

Saat ini, adik Raphael Deonova, 16 tahun, sudah menulis dua buku.  Buku pertama berjudul “Fixiano”, singkatan dari fiksi dan namanya. Buku ini merupakan kumpulan dari lima belas cerita pendek (cerpen), diterbitkan oleh Penerbit Sinotif dan dijual di Gramedia dengan harga Rp 60.000 per buku.

Buku pertamanya merupakan kumpulan cerpen yang dibuatnya sejak kelas 3 SD dan baru diterbitkan pada tahun 2014. Sedangkan buku keduanya berjudul “Fixiano 2” merupakan kumpulan cerpen yang ditulisnya sejak kelas 6 SD namun baru diterbitkan setahun kemudian yaitu pada tahun 2016 bekerjasama dengan Sinergia Life.

Penjualan buku kedua dilakukannya sendiri melalui media promosi on line di PO BOX grup. “Buku kedua dijual seharga Rp 50.000 per buku,” kata siswa kelas 9 SMP Kanisius ini sambil tersenyum.

Ian sedang membuat buku ketiga berupa kumpulan cerpen tetapi lebih panjang dibandingkan buku-buku sebelumnya. “Aku lebih suka menulis dalam bahasa Inggris karena dapat lebih bebas dan mempunyai lebih banyak bahasa puisi,” ungkap Ian yang belajar bahasa Inggris dari you tube dan  film di Netflix. Salah satu film kesukaannya berjudul “My Sister’s Keeper”.

Darah seni Ian sangat kental.  Selain menulis, Ian sangat menyukai musik dan menggambar. Alat musik yang dapat ia mainkan adalah ukulele. Ian juga gemar bernyanyi. Ia pernah tiga kali berpartisipasi dalam drama musikal yang ditampilkan di Ciputra Artpreneur. Penampilan pertama Ian pada drama berjudul Christmas Carol. Pada penampilan kedua Ian berperan sebagai Petrus Kanisius kecil dalam drama Petrus Kanisius Anak Walikota, yang ditampilkan selama dua hari berturut-turut. Kedua drama tersebut merupakan salah satu kegiatan sekolah.

Berbeda dengan kakaknya yang hobi bermain basket, hobi Ian lebih ke arah seni. “Aku kurang begitu suka olah raga, cuma sebagai pelajaran sekolah saja. Pada waktu luang aku biasa menulis atau menciptakan lagu. Aku sering dapat ide lagu ketika naik ojek dari sekolah, pulang ke rumah. Sampai rumah, aku langsung ke piano untuk cari not dan chord-nya. Aku sudah punya banyak cuplikan lagu dan dua lagu utuh,” cerita Ian, sang juara kelas sejak 5 SD.

Hobi menyanyi disalurkannya melalui kegiatan ekstrakurikuler Paduan Suara di sekolah. Padus ini tampil dua kali pada perhelatan 90 tahun Kanisius. Ian juga tampil sebagai penyanyi di band acustik yang terdiri dari lima personil; dua penyanyi, satu pemain kahon, satu pemain biola, dan satu pemain gitar.

Keluarga Ian adalah warga Lingkungan Dominikus 3. Mereka aktif melayani di Paroki Bojong Indah Gereja Sathora. Seno melayani sebagai prodiakon dan aktif dalam koor Wilayah Dominikus bersama Leny.  Sedangkan Ian melayani sebagai misdinar sejak tahun 2014, sementara kakaknya mulai tahun 2012. Karena pelayanan ini, Minggu bukan hari keluarga bagi mereka, melainkan Sabtu.

Cita-cita kakak Ian menjadi computer programing. Sedangkan Ian bercita-cita menjadi seorang animator, pemusik, dan penulis. “Aku paling suka animasi ‘Steven Universe’  dan ‘Star vs The Forces of Evil’,” kata Ian menutup perbincangan pada Selasa malam, 14 November 2017, di sebuah cafe, Taman Permata Buana.

Lily Pratikno