Oleh Romo Yosef Purboyo Diaz, Pr
MERASUL menjadi tema dalam edisi kali ini sekaligus juga menjadi nama majalah paroki kita. Merasul berarti melakukan tindakan yang dilakukan oleh para rasul.
Di dalam Injil, Yesus memanggil dan memilih 12 rasul. Mereka inilah yang dipilih Yesus untuk membangun umat Allah yang baru dan ikut ambil bagian dalam perutusan-Nya. Dalam tugas perutusan itu, para rasul yang kemudian diberikan kuasa oleh Yesus untuk mengusir setan (Mrk. 3:14-15), untuk mengampuni (Yoh. 20:23), dan untuk mewartakan Kerajaan Allah (Mat. 3:2, 4:17, 10:7).
Sesudah kebangkitan Yesus, barulah para rasul sadar bahwa mereka diutus oleh Yesus untuk menjadi saksi-Nya di seluruh dunia (Luk. 24: 48, Kis. 1: 8, Mat. 28:19-20). Melalui para rasul inilah, kepemimpinan dan pelayanan dilanjutkan dari masa ke masa. Petrus diyakini, diberikan kepercayaan oleh Yesus untuk menjadi pemimpin atas para rasul dan diberikan amanat untuk mendirikan Gereja sebagai jemaat Allah. Selanjutnya, terjadi perkembangan-perkembangan dalam Gereja berkaitan dengan kepemimpinan dan Imamat dalam Gereja.
Jika dulu, para rasul berkeliling dari desa ke desa, dari kota ke kota hingga seluruh penjuru, sepeninggal Yesus untuk melayani, mengajar, menyembuhkan, dan juga mewartakan Yesus, maka itu pula yang dilakukan pada masa kini. Merasul masa kini berarti juga melakukan karya-karya yang pernah dilakukan oleh para rasul dulu, tetapi tentu dengan konteks saat ini.
Dalam Konstitusi Dogmatis Gaudium et Spes art 1 (GS 1) dikatakan: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.” Kiranya inilah yang melatarbelakangi kerasulan atau pelayanan Gereja di tengah dunia.
Gereja sebagai institusi juga sebagai persekutuan umat beriman dipanggil dan diutus untuk melayani. Maka segala yang terjadi di dunia, suka-duka, keprihatinan menjadi tanggung jawab Gereja juga.
Gereja dan Dunia
Gereja sebagai persekutuan umat beriman adalah bagian dari dunia; Gereja hidup di dalam dunia. Maka, segala keprihatinan dan masalah yang terjadi di dunia merupakan masalah dan keprihatinan Gereja dan Gereja tidak akan tinggal diam. Gereja mengeluarkan ajarannya berkaitan dengan masalah yang terjadi di dunia yang dinamakan Ajaran Sosial Gereja (ASG). Sebagai contoh, masalah martabat perkawinan dan keluarga, Gereja mengeluarkan Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (1981) dan yang terbaru Amoris Laetitia (2015). Masalah mengenai buruh dan pekerja, Gereja menanggapinya dengan Ensiklik Rerum Novarum (1891) yang merupakan Ajaran Sosial pertama Gereja, kemudian dilanjutkan Quadragesimo Anno (1931), Mater et Magistra (1961), Pacem in Terris (1963), Gaudium et Spess (1965), Populorum Progresio (1967), Octogesima Adveniens (1971), Justicia in Munda (1971), Evangelii Nuntiandi (1975), Redemptor Hominis (1979), Laborem Exercens (1979), Solicitudo Rei Socialis (1987), dan Centesimus Annus (1991). Masing-masing memiliki latar belakang, konteks, dan keprihatinannya sendiri sehingga Gereja menanggapinya dan memberikan ajarannya.
Hal ini ditegaskan secara lebih jelas berkaitan dengan tugas Gereja di dunia:
- Gaudium et Spes, art 3: “Tugas Gereja adalah melanjutkan karya Kristus sendiri yang datang ke dunia untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran, untuk menyelamatkan dan bukan untuk menghakimi, untuk melayani dan bukan dilayani.”
- Lumen Gentium, art 1: “menerangi semua orang dengan cahaya Kristus yang bersinar pada wajah Gereja dengan mewartakan Injil kepada semua makhluk” (Mrk. 16:15).
- Lumen Gentium, art 8: “Melalui Gereja, Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang…seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menempuh jalan yang sama supaya menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia.”
Dari situ tampak bahwa Gereja dan dunia tidak dapat dipisahkan karena Gereja hidup di dalam dunia maka memiliki tugas di dunia. Dijelaskan bahwa tugas Gereja adalah melanjutkan karya Kristus, menerangi semua orang, mewartakan Injil, melimpahkan rahmat, dan menyalurkan buah-buah keselamatan. Karena Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus, maka menjadi tugas dan panggilan semua orang untuk melanjutkan karya Yesus di dunia dengan menjadi rasul-rasul-Nya saat ini. Semua orang memiliki tugas untuk merasul sesuai dengan karunia masing-masing.
Panggilan untuk Merasul
Gereja diutus untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah di mana-mana dan dengan demikian mengikutsertakan semua orang dalam penebusan yang membawa keselamatan. Agar melalui mereka, seluruh dunia sungguh-sungguh diarahkan kepada Kristus.
Semua kegiatan Tubuh Mistik yang mengarah kepada tujuan itu, disebut kerasulan. Kerasulan dilaksanakan oleh Gereja melalui semua anggotanya, dengan pelbagai cara. Sebab, panggilan kristiani pada hakikatnya adalah panggilan untuk merasul.
Seperti dalam tata susunan tubuh yang hidup, tidak satupun anggota bersifat pasif melulu, melainkan juga beserta kehidupan tubuh juga ikut menjalankan kegiatannya. Begitu pula dalam Tubuh Mistik Kristus, yakni Gereja, seluruh tubuh “menurut kadar pekerjaan masing-masing anggotanya mengembangkan tubuh” (Ef. 4:16).
Peranan kelompok-kelompok pelayanan di Gereja adalah membuat umat beriman mampu menerima peran pelayanan mereka guna membangun Tubuh Kristus (Ef. 4:12).
Pelayanan adalah proses untuk “melayani” sesama dengan mengenali dan mempergunakan karunia-karunia Tuhan yang diberikan kepada perorangan atau suatu kelompok. Pelayanan merupakan konsep yang luas. Pelayanan tidak hanya terbatas pada fungsi-fungsi: liturgi, paroki atau religius saja. Seluruh umat Gereja diberi tugas untuk melayani. Dalam Perayaan Ekaristi ketika perutusan, imam mengatakan, “Marilah pergi, kita diutus.” Diutus untuk apa? Diutus untuk mewartakan, mengasihi, dan melayani Tuhan dan sesama.
Dalam Gereja terdapat keanekaan pelayanan, tetapi kesatuan perutusan. Kristus menyerahkan tugas mengajar, menyucikan, dan memimpin atas nama dan kuasa-Nya kepada para Rasul dan para pengganti mereka. Sedangkan kaum awam ikut serta mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusan segenap umat Allah dalam Gereja dan di dunia.
Sesungguhnya mereka menjalankan kerasulan awam dengan kegiatan mereka untuk mewartakan Injil dan demi penyucian sesama, pun untuk meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Alhasil, dalam tata hidup itu kegiatan mereka merupakan kesaksian akan Kristus yang jelas dan mengabdi pada keselamatan umat manusia. Karena ciri khas status hidup awam, yakni hidup di tengah masyarakat dan urusan-urusan duniawi. Maka, mereka dipanggil oleh Allah, untuk dijiwai semangat kristiani. Ibarat ragi, menunaikan kerasulan mereka di dunia.
Yang dimaksud dengan awam dalam Kitab Hukum Kanonik ialah umat beriman kristiani yang tidak menerima Sakramen Tahbisan (Diakonat, Presbiterat, Episkopat) dan tidak mengikrarkan ketiga nasihat Injili (kemurnian, ketaatan, kemiskinan). Kekhasan atau keistimewaan awam adalah sifat keduniaannya. Melaluinya, awam memberikan kesaksian hidup secara konkret, yakni menjiwai tata dunia dengan nilai kristiani. Karena itu, semua umat beriman hendaknya sungguh-sungguh menyadarinya dan mengupayakan perwujudannya.
Keterlibatan Umat Paroki Bojong Indah
Patut disyukuri bahwa umat Paroki Bojong Indah memiliki keterlibatan dalam pelayanan yang cukup tinggi. Berbagai macam kegiatan umat, baik dari seksi, sub seksi maupun kelompok-kelompok kategorial, menjadi tempat atau wadah bagi umat terlibat dalam pelayanan/ kerasulan.
Ada 12 seksi yang bisa menjadi sarana untuk merasul dan melayani: Seksi Liturgi, Seksi katekese, Seksi Kerasulan Kitab Suci, Seksi Komunikasi Sosial, Seksi Pelayanan Sosial Ekonomi, Seksi Pendidikan, Seksi Kesehatan, Seksi Kerasulan Keluarga, Seksi Kepemudaan, Seksi Panggilan, Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK), dan Seksi Keadilan dan Perdamaian. Tiap seksi memiliki sub seksi. Liturgi membawahi Misdinar, Lektor-Lektris, Koor, Dekorasi, Tatib dan Perlengkapan. Katekese membawahi Subsie Katekumenat, Bina Iman Anak (BIA), Bina Iman Remaja (BIR), Komuni Pertama, Baptis bayi, Perpustakaan.
Masing-masing seksi dan sub seksi memiliki program rutin dan non-rutin yang membuat paroki menjadi hidup dan umat diajak untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan pelayanan, selain juga untuk mengembangkan iman umat. Tentu dengan berbagai macam kegiatan dan program yang dilakukan selama satu tahun ke depan, umat Paroki Bojong Indah diajak untuk terlibat aktif dalam pelayanan dan merasul sesuai dengan karunia maupun kharisma yang Tuhan berikan. Maka, setiap orang ikut ambil bagian dalam karya Gereja.
Keterlibatan aktif umat tentu sangat membantu pastor paroki dalam pelayanan. Kehadiran umat yang merasul, melayani, dan terlibat aktif juga menjadi gambaran sebuah paroki yang mandiri dan akhirnya bersama-sama dengan para imam membangun Gereja sesuai dengan visi misi Keuskupan Agung Jakarta.
Ke depan, diharapkan semakin banyak umat Paroki Bojong Indah terlibat untuk merasul dan melayani; baik dalam kelompok, seksi dan sub seksi maupun perorangan. Dengan merasul dan melayani, selain menjadi berkat bagi diri sendiri karena ambil bagian dalam tugas perutusan Kristus di tengah dunia, juga menjadi berkat bagi orang lain. Berbagi berkat kepada mereka yang membutuhkan, terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, terlantar, dan difabel (KLMTD).