T: Salam, Pak Henry. Saya adalah ibu dua anak. Putra pertama saya (15 tahun) seperti kecanduan dengan game online. Bisa berjam-jam ia memainkannya tanpa henti, apalagi jika hari libur. Mohon pencerahan, apa yang harus saya lakukan. Terima kasih.

M, Jakarta

 

J:  Salam, Ibu M. Belum lama ini, WHO mengumumkan bahwa game addiction resmi dimasukkan sebagai salah satu masalah kesehatan mental dalam 11th International Classification of Diseases (ICD) – 2018. Hal ini menandakan bahwa masalah ini memang serius dan harus mendapat lebih banyak perhatian seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan gawai yang menyediakan fasilitas video game.

Jauh sebelum pengumuman tersebut, sebenarnya dalam praktik saya sudah sering menemukan keluhan kecanduan seperti ini dan rentang usianya semakin melebar dari usia 6 tahun (kelas 1 SD) hingga di atas 40 tahun. Ada kasus di mana seorang pria bisa menelantarkan bisnis dan keluarganya demi kesukaannya tersebut. Akibatnya, ia sampai kehilangan dua toko dan ditinggal oleh istri dan dua anaknya.

Bandingkan dengan kecanduan narkoba atau judi; bukankah tidak jauh berbeda kalau begitu? Justru sebenarnya kecanduan game lebih mudah terjadi daripada dua jenis kecanduan di atas, karena kebanyakan orang tahu bahwa narkoba ataupun judi itu berbahaya, berbeda dengan game yang dianggap menyenangkan.

Faktor lainnya adalah karena pikiran kita juga bekerja secara multimedia, sangat cocok dengan video game yang penuh dengan gambar, warna, gerakan, suara, dll (Bandingkan dengan buku pelajaran!), sehingga membuat pikiran kita langsung tertarik dan “tenggelam” di  dalamnya. Beberapa negara, seperti China, Korea, dan Jepang, mulai melakukan berbagai tindakan secara serius, mulai dari penetapan usia minimum, batas waktu maksimum, hingga mendirikan pusat rehabilitasi, dsb.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan game itu sendiri karena tujuannya sebagai alat rekreasi. Rekreasi itu menyehatkan kalau dilakukan secara benar dan tidak berlebihan. Yang menjadi masalah adalah kecanduan! Apa pun hal yang menjadi objek kecanduan tersebut, sebenarnya akibatnya terhadap hidup kita tidak jauh berbeda (kehilangan tujuan hidup, menutup diri, jadwal yang kacau, kurang istirahat, dll).

Apa yang menentukan seseorang sudah tergolong kecanduan? Jawabannya, kontrol atau kendali ada di tangan siapa. Jika seseorang masih bisa memegang kendali atas kegiatannya tersebut walaupun berlangsung dalam waktu lama, ia tidak akan kecanduan. Apa artinya memegang kendali? Berarti ia dengan mudah bisa memutuskan kapan mulai dan kapan harus berhenti, bisa menentukan prioritas yang lebih penting, dstnya.

Lalu, bagaimana dengan atlet e-Sport? Sama saja seperti atlet olah raga yang lain, mereka berlatih secara disiplin mengikuti jadwal yang benar, tapi tidak kecanduan dengan olah raganya.

Ada beberapa cara mengatasi kecanduan game:

  1. Jangan terlalu cepat membiarkan anak bermain video game sendiri pada usia Selalu dampingi anak dalam bermain hingga usia 11-12 tahun.
  2. Jangan terlalu cepat memberikan gawai pribadi. Para ahli menyarankan usia SMP sebagai saat yang tepat.
  3. Batasi waktu anak untuk bermain video game setiap Menurut penyelidikan, sebaiknya waktu maksimal satu jam untuk hari biasa dan tiga jam (dengan break setiap satu jam) untuk hari libur.
  4. Bermain game dengan mengatur timer dan berlatih mengambil kontrol untuk berhenti bermain saat timer berbunyi apa pun keadaan permainan saat
  5. Lebih terlibat dengan anak secara pribadi. Jika orang tua ingin anaknya berhenti bermain game, maka cara yang paling efektif adalah dengan mengajak mereka beraktivitas
  6. Untuk anak yang sudah terlanjur kecanduan, sebaiknya segera melakukan terapi ke Tapi ingat, hal ini hanya bisa dilakukan jika yang bersangkutan memang mau dibantu untuk berubah. Hal ini hanya bisa dilakukan setelah ada komunikasi yang baik.